TERJEMAH
KITAB RISALAH AL MUAWWANAH
ALHABIB ABDULLOH AL HADDAD
PRAKATA
Kitab
ini adalah KITAB TUNTUNAN AKHLAK terjemahan dari kitab asli
yang berjudul “RISALAH AL MUAWWANAH” karya AL IMAM QUTBIL IRSYAD
WA GHAUTSIL IBAD WAL BILAD ALHABIB ABDULLOH BIN ALWI ALHADDAD yang
terdiri dari 20 fasal. semoga dapat kita jadikan tuntunan akhlak agar kita
berakhlak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Adalah
semata mata masih banyak kekurangan karena penulis masih dalam tahap belajar
teriring niat tuk mengambil keberkahan dari IMAM HADDAD dan karya beliau ini
annalloha yanfauna biasrorihim wa anwarihim wa ulumihim fiddiniy waddunya wal
akhiroh,amin
FASAL
1
Aku
memohon kepada Allah agar dengan risalah ini memberikan manfaat kepadaku dan
kepada sekalian orang Mukmin , maka Aku katakan -Maka wajib bagi kamu semua
wahai saudaraku yang terkasih, untuk memperkuat keyakinanmu dan
mempercantiknya, karena sesungguhnya yakin apabila telah
menetap di hati dan meluas di dalamnya maka segala sesuatu yang ghaib akan
terlihat nyata bagimu dan pada yang demikian ini maka berkatalah orang-orang
yang yakin sebagaimana yang dikatakan Ali ra. wakarromaLlahu Wajhah ‘apabila
disingkapkan tabir, maka akan bertambahlah keyakinan’. Dan yakin sesungguhnya
adalah ibarat dari kekuatan iman yang meresap ke dalam jiwa yang menghilangkan
segala keragu-raguan sehingga di dalam hati sama sekali bersih dari keadaan
ragu-ragu dan cemas.. dan syaithan tidak akan mampu mendekat kepada mereka yang
hatinya dipenuhi dengan yaqin bahkan mereka akan lari
terbirit-birit mencari keselamatan. Sebagaimana yang disabdakan RasuluLlah
SAW “Sesungguhnya syaithan menjauh dari bayang-bayang Umar. . tidaklah
sekali-kali Umar melewati suatu jalan, sedang syaitan pasti melewati jalan yang
lainnya–agar tidak berpapasan.
Dan
yakin akan menjadi kuat dengan beberapa sebab diantaranya
1.
Hendaknya hamba Allah mencurahkan segala perhatiannya dan hatinya dan
memperhatikan dengan telinganya untuk mendengarkan ayat dan hadis yang menunjukkan
kebesaran Allah Azza wa Jalla dan kesempurnaanNya, dan
keagunganNya, dan kekuasaanNya dan kesendirianNya dalam mengatur urusan semua
makhluk, dan kekuasanNya, serta memperhatikan akan kebenaran para Rasul As. Dan
kesempurnaan mereka, dan terhadap apa-apa yang menguatakn risalah mereka dari
beberpapa mukjizat, demikian juga memperhatikan mereka yang mendustakan Rasul
hingga mereka mendapat siksa dari Allah , dan memperhatikan
dengan segenap hatinya apa yang akan datang kelak di hari akhirat berupa pahala
yang bagus dari Allah yang dijanjikan bagi hambanya yang
beriman dan berbuat kebajikan, demikian juga siksa yang akan dihadapi
orang-orang yang berbuat maksiat –Firman Alah ‘Apakah belum cukup
sesungguhnyan Kami turunkan kepada kamu Al-Kitab yang dibacakan kepada mereka.
2.
hendaklah engkau melihat dengan i’tibar pada kerajaan langit
dan bumi dan apa yang diciptakan Allah dari ciptan-ciptaan
yang sangat ajaib. Dan memperhatikan permulaan adanya segala yang diciptakan. –‘Dan
akan Aku perlihatkan kepada mereka ayat-ayatKu di alam raya dan juga pada diri
mereka hingga tampak jelas bahwasanya Allah Maha Benar’.
3.
Hendaklah mengamalkan apa saja yang sesuai dengan keimanannya lahir bathin dan
memperlihatkan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla –‘Dan
bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh mencariKu niscaya akan Aku tunjukkan
jalanKu’.
Dan
buah dari yaqin adalah tanangnya hati akan janji Allah dan
mantap dengan apa-apa yang sudah ditanggung oleh Allah dan
menghadap dengan segenap jiwa raganya dan meninggalkan segala yang
menyibukkannya dari Allah dan kembali pada setiap kesempatan
kepada Allah dan mencurahkan tenaga untuk mencari ridho Allah .
maka Yaqin sesungguhnya adalah dasar/pokok. Sedangkan segalamaqoomaat yang
mulia , dan akhlak yang terpuji, dan amal sholih, adalah
termasuk cabangnya, dan buahnya, sedangkan alkhlak dan amal adalah mengikuti
yaqin dalam hal kuat dan lemahnya serta sehat dan sakitnya.
Luqman
As. telah berkata, “tidaklah amal akan terjadi kecuali setelah adanya yaqin.
Dan tidak sekali-kali seorang hamba beramal kecuali sesuai dengan kadar
keyakinannya. Dan ytidaklah sseorang hamba mengurangi amalnya hingga
berkuranglah keyakinannya.. Dari itu RasuluLlah SAW bersabda,
“Al-Yaqiin, adalah iman seluruhnya. Dan bagi orang yang beriman, ada tingkatan
yaqiin yaitu
Derajad Ashabil
Yamiin yaitu
1.
Pembenaran mereka akan tetapi masih dimungkinkan mereka terserang ragu-ragu.
2.
Derajad Muqorrobiin yang mana imannya telah bersinar dalam
hati mereka dan menetap di dalamnya sehingga tidaklah tergambar di dalamnya
akan cacat imannya itu, bahkan akan tampak berlimpah di dalam dadanya.
3.
Derajat Nabiyyiin yaitu derajad para Nabi AS. Dan para ahli
warisnya yaitu paraShiddiqiin dimana bagi Mereka sesuatu yang Ghaib
adalah tampak nyata adanya. Dan dapat memberikan i’tibarnya dengag
tersingkapnya tabir / kasyf .
Fasal 2
Dan wajib bagi kamu wahai saudaraku, untuk memperbaiki niat dan
mengikhlaskan niat tersebut dan bertafakur akan niatmu sebelum engkau memasuki
amal/sebelum mengerjakan sesuatu amal ibadah. Karena sesunggunya niat itu adalah
pondasi atau dasar daripada amal. Dan amal mengikuti niat Mengenai baik
dan buruknya, rusak dan selamatnya dll. . dan sungguh telah bersabda RasuluLlah
SAW, Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya . dan bagi setiap
manusia tergantung dari apa yang ia niatkan. .
Dan wajib juga bagi
kamu semua, untuk tidak mengucapkan suatu perkataan atau tidak mengamalkan
suatu amal perbuatan atau berkehendak mengerjakan sesuatu apapun kecuali niatmu
dalam hal itu semua adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
mencari pahala yang baik di sisiNya. Dan ketahuilah sesungguhnya
tidak akan dapat terjadi pendekatan diri kepada Allah Ta’ala kecuali
dengan apa yang telah disyari’atkan oleh Allah melalui Lisan RasulNya
dari beberapa perbuatan fardhu, dan sunnah, .
Maka menjadilah
perbuatan yang mubah akan tetapi karena niatnya baik, maka perbuatan itu
menjadi sebab mendekatnya diri kepada Allah. Seperti orang yang ketika
makan ia berniat untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalankan ta’at kepada Allah
Ta’ala atau ketika menikah diniatkan untuk mendapatkan keturunan yang
nantinya mereka akan menjadi orang yang ahli beribadah kepada Allah. Dan
disyaratkan di dalam niat yang baik dimana harus dilanjutkan dengan amal
perbuatannya. Misal orang yang mencari ilmu dan ia bercita-cita akan
mengamalkan ilmunya, maka apabila ia tidak mengamalkan ilmu yag telah pernah
diperolehnya ketika dia mampu untuk mengamalkannya, maka niatnya yang demikian
itu bukanlah niat yang benar / niyatushoodiqoh. Demikian juga orang yang
mencari harta dunia dengan niat agar ia tidak merepotkan orang lain, dan
mnyedekahkannya kepada orang yang membutuhkan dari orang-orang yang miskin,
atau untuk mempererat silaturrahmi dengan hartanya itu, apabila ia tidak
melaksanakannya apa yang ia niatkan ketika dia mampu maka niat yang demikian
ini bukanlah termasuk niat yang benar atau niat yang Shoodiqoh. Dan
ketahuilah bahwa niat yang baik itu tidak dihitung dalam amal perbuatan yang
buruk misalnya orang yang ikiut mendengarkan pembicaraan ghaibah kepada
sesama muslim yang mana dalam mendengarkannya tersebut dia berniat untuk
menyenangkan hati orang yang sedanng ghaibah / membicarakan aib saudara
se muslim, maka niatnya yang demikian ini bukanlah niat yang baik bahkan ia
termasuk salah seorang diantara yang ikut ghaibah tersebut.
Dan barangsiapa yang
diam diri dari amar ma’ruf dan nahiii munkar dan dia mendakwakan bahwa
niatnya itu agar tidak menyakiti hati orang yang melaksanakan perbuatan munkar,
maka niat yang demikian ini bukanlah termasuk niat yang baik bahkan ia termasuk
juga ke dalam golongan yang mellaksanakan kemungkaran. Demikian juga perbuatan
yang baik, tetapi niatnya tidak baik juga tidak akan menghasilkan pahala yang
baik di sisi Allah seperti orang yang melakukan amal salih akan tetapi
niatnya untuk mendapatkan kedudukan atau biar dipuji oleh orang lain atau untuk
mendatkan keuntungan materi. Maka bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku, agar
niatmu dalam melakukan amal salih sebatas untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan mencari keridhoan Allah dan niatkanlah semua amal yang
dibolehkan / Mubaahat hanya untuk menambah ketaatan kepada Allah
Ta’ala. Dan ketahuilah sesungguhnya bisa terjadi juga satu amal
shaleh di niatkan dengan beberapa niat yang baik dan mendapatkan pahala secara
sempurna dari tiap-tiap niat tersebut semisal orang yang membaca Al-Qur’an
dia niatkan untuk bermunajat kepada Rabb nya, atau ia niatkan agar orang
yang mendengarkannya mendapat faidah atau manfaat dari apa yang ia baca. Dan
semisal perbuatan mubah dalam hal makan, dimana ia niatkan dalam makan
tersebut untuk menjalankan perintah Allah karena Allah telah
berfirman di dalam Al-Qur’anul Kariim Wahai orang-orang yang beriman,
makanlah kamu sekalian dari rizki yang baik yang Aku berikan kepada kamu semua.
Dan berniat pula dalam memakan makanan adalah untuk mendapatkan kekuatan dalam
menjalankan ta’at kepada Allah dan juga dapat diniatkan pula untuk
melahirkan rasa syukur kepada Allah sesuai dengan firman Allah di
dalam kitabNya makanlah kamu sekalian dari rizki yang diberikan
kepadamu dan bersyukurlah kepadaNya.
Bersabda RosuuluLlah
SAW -Sesungguhnya Allah mencatat perbuatan baik dan buruk……dan selanjutnya
RasuluLlah SAW menerangkan bahwa -barang siapa mempunyai tujuan baik sedangkan
ia tidak melaksanakannya maka Allah mencatat di sisiNya sebagai satu amal
kebaikan yang sempurna. Dan barang siapa yang mempunyai niat baik juga ia
melaksanaknnya maka Allah mencatatnya sebagai 10 kebaikan sampai 700 kebaikan
bahkan sampai berlipat dengan kelipatan yang banyak. Dan jika ia berniat
keburukan akan tetapi tidak mengamalkannya, maka dicatatlah ia sebagai satu
kebaikan, dan apabila ia mengamalkannya maka hanya dicatat sebagai satu
keburukan saja.
FASAL 3
Dan wajib bagi kamu
wahai saudaraku untuk selalu bermuroqobah kepada Allah Ta’ala dalam
segala gerak dan diammu dan pada setiap kedipan matamu dan pada setiap
kehendakmu dan gurisan hatimu dan dalam segala Keadaanmu dan kesadaranmu akan
kedekatanNya kapadamu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia selalu melihat
dirimu dan mengetahui segala ihwalmu dan tidak ada yang tersembunyi bagiNya
segala sesuatu yang ada pada dirimu meskipun hanya sebesar zarrah baik itu di bumi
maupun di langit . dan jikalaupun engkau mengeraskan suaramu ataupun
melembutkannya maka sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala sesuatu yang sangat
samar dan tersembunyi. Dan Dia selalu bersamamu di mana saja kamu berada dengan
ilmuNya dan peliputanNya Jika engkau termasuk orang yang bagus, maka malulah
kepada Tuhanmu dengan sebenar-benarnya malu dan bersungguh-sungguhlah agar Ia
tidak meluhatmu pada tempat yang sekiranya Dia melarangmu, Dan berusahalah
selalu Ia mendapatimu ketika Ia memerintahkan sesuatu kepadamu. Dan sembahlah
Ia seakan-akan engkau melihatNya dan manakala engkau jumpai dirimu merasa malas
mengerjakan ketaatan kepadaNya atau condong kepada bermaksiyat kepadaNya maka
ingatlah bahwa sesungguhnya Allah mendengarmu dan melihatmu dan mengetahui
rahasiamu dan ketersembunyianmu. Apabila hal yang demukian belum berhasil
membangkitkan semangatmu untuk ta’at kepadaNya disebabkan karena sedikitnya ma’rifatmu
kepadaNya akan kebesaran Allah, maka ingatlah akan adanya dua malaikat yang
sangat mulia yang keduanya mencatat kebaikan dan keburukan amal. Apabila yang
demikian itu masih belum memberikan efek, maka langkah selanjutnya adalah
ingatlah akan dekatnya maut atau kematian dimana maut
adalah sesuatu yang paling dekat diantara yang terdekat yang selalu menanti
dirimu dan takutlah akan hal yang demikian. Apabila pentakutan yang demikian
ini belum juga berhasil menggerakkan dirimu untuk ta’at kepada Allah maka
peringatkanlah dirimu dengan janji-janji Allah yang akan diberikan kepada orang
yang ta’at kepadaNya dari beberapa pahala yang sangat besar dan ingatlah juga
akan janjiNya yang disediakan bagi orang-orang yang durhaka kepadaNya dari
beberapa azab yang sangat menyaktkan dan katakanlah kepada dia (nafsumu) wahai
nafsu, tidak ada sesuatu setelah kehidupan dunia kecuali surga atau neraka.,
maka pilihlah untuk dirimu sendiri jika engkau menginginkan ta’at maka
akibatnya adalah keselamatan dan keridhoan dari Allah dan abadi dalam
kenikmatan surga dan memandang kepada wajah Tuhanmu yang maha Mulia. Dan
jika engkau menginginkan yang lain maka bermaksiyatlah kepada Allah maka akhir
yang akan engkau dapatkan adalah kehinaan dan kemarahan dari Tuhanmu dan
tinggal abadi di dalam neraka. Jika yang demikian ini telah engkau lakukan maka
akan hilanglah keinginan nafsumu untuk berdiam diri tidak melakukan ta’at
kepada Tuhannya. Maka sesungguhnya yang demikian ini merupakan obat yang sangat
bermanfaat bagi hati yang mengalami sakit . selanjutnya jika hatimu telah sadar
bahwa Allah Ta’ala selalu melihatmu maka hatimu akan merasa malu untuk
berlawanan dengan kehendaknya dan hatimu akan membimbngmu untuk ta’at kepadaNya
dan yang demikian ini hatimu telah mulai bermuroqobah kepadaNya.
Dan ketehuilah
sesungguhnya muroqobah adalah termasuk mqoomat/kedudukan yang
sangat mulia dan termasuk kedudukan yang tinggi dan setinggi-tingginya derajat
dan dia/muroqobah adalah maqom ihsan dimana RasuluLlah SAW telah
memberi isyarat dalam sabdanya bahwa Al-ihsan adalah apabila engkau
menyembahNya seakan-akan engkau melihatNya. Dan apabila engkau tidak dapat
melihatNya maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Ia melihatmu. Dan setiap
hamba yang beriman akan yakin dan percaya bahwa bagi Allah tidak ada sesuatupun
yang tersembunyi baik di langit maupun yang di bumi dan mereka mengetahui bahwa
Allah selalu menyertainya di mana saja, dan tidak ada yang tersembunyi bagi
Allah dari segala gerak dan diamnya seorang hamba. Akan tetapi buah yang
sedemikian ini akan dapat diperoleh dengan jalan mula-mula ia tidak melakukan
amal perbuatan antara ia dengan Allah yang menyebabkan ia malu apabila amal ada
orang saleh melihat apa yang ia lakukan tersebut . dan yang sedemikian ini
adalah perbuatan yang mulia, dan dibalik semuanya adalah lebih mulia lagi,
saampai seorang hamba hingga pada akhir umurnya tenggelam ke dalah HadratuLlah
Ta’ala dan dia hilang/fana dari yang selain Allah. Dan sungguh baginya
telah hilang pandangannya akan semua makhluk dikarenakan terpananya
pandangannya kepada kebesaran Allah yang Maha Haq. Dan ia telah benar
keyakinannya dihadapan Sang Raja yang maha kuasa. Dan wajib untukmu wahai
saudaraku untuk selalu memperbaiki daen memperbagus bathiniahmu agar lebih baik
daripada lahiriahmu. Yang demikian itu dikarenakan bahwa yang bathiniah adalah
tempat Allah melihat seorang hamba sedangkan lahiriah adalah tempat yang
dilihat makhluk. . dan apa yang dijelaskan Allah di dalam kitabnya yang mulia /
Al-Qr’an tentang masalah lahir dan bathin, maka Allah lebih mula menyebutkan
kata bathin daripada lahir –berarti bathin lebih utama- sebagaimana do’a
RasuluLlah SAW Yaa Allah jadikanlah bathiniahku lebih baik dari lahiriahku,
dan jadikanlah lahiriahku dalam keadaan bagus. Dan manakala bagus
bathiniah, maka akan bagus jugalah keadaan lahiriah tidak boleh tidak. Karena
sesungguhnya yang lahir selamanya mengikuti yang bathin dalam hal baik dan
buruknya. RasuluLlah SAW telah bersabda sesungguhnya di dalam jasad ada
segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila ia
buruk maka akan buruklah seluruh jasad. Ketauhilah sesungguhnya dia adalah hati.
Dan ketahuilah apabila ada seseorang yang mengaku
/mendakwakan bahwa kondisi bathinnya telah bagus akan tetapi lahiriahnya rusak
dengan meninggalkan ketaatan kepada Allah, maka apa yang ia dakwakan tersebut
adalah bohong belaka. Dan barang siapa yang bersungguh-sungguh
memperbaiki/membeguskan lahiriahnya dengan mempercantik penampilannya,
pembicaraannya, demikian juga mempercantik gerak geriknya , dan cara duduknya ,
dan cara berdirinya, dan cara ia berjalan, akan tetapi ia membiarkan
bathiniahnya dalam keadaan yang buruk dengan akhlak yang buruk pula serta
dengan tabiat yang kotor, maka ketahuilah bahwa ia termasuk min ahlil
Tashonnu’ /orang yang suka di buat-buat dalam hal tingkah lakunya,dan
termasuk orang yang riya’ dan orang yang termasuk berpaling dari Tuhannya. Maka
takutlah wahai saudaraku jika engnkau menutupi / menyembunyikan sesuatu apabila
orang banyak mengetahuinya niscaya engkau akan malu. Sebagian orang arifiin
berkata Seorang Sufi belum termasuk golongan para Sufi hingga
seandainya seluruh isi hatinya ditaruh dalam sebuah nampan dan di perlihatkan
di tengah pasar maka ia tidaklah malu jika semua orang melihat isinya. Jika
engkau tidak mampu membuat bathinmu lebih baik daripada lahiriahmu, maka
usahakan agar keduanya sama antara lahir dan bathinnya , maka apa yang engkau
lakukan dalam hal melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangannNya dan dalam
mengagungkanNya, dan usahamu mencari keridhoanNya , semua itu dalam keadaan
sama (antara lahir dan bathinnya). Dan apa yang disampaikan ini adalah langkah
awal bagi orang yang melangkah jalan ma’rifat yang khos maka
ketahuilah yang demikian itu semoga Allah selalu memberi taufik.
FASAL 4
Dan wajib bagi kamu
sekalian untuk memakmurkan segenap waktumu dengan berbagai macam amal ibadah
sehingga tidak ada waktu yang kosong baik malam maupun siang kecuali engkau isi
dengan berbagai amal kebajikan. Maka dengan demikian akan terlihatlah bagimu
berkah waktumu dan akan menghasilkan faidah yang besar dari umurmu, dan
kelanggenganmu dalam menghadap kepada Allah Ta’ala. Dan seyogyanya engkau
jadikan waktu tersendiri untuk kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan minum
dan pergi bekerja. Dan waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal hidupmu
dan dengan waktumu itulah engkau mulai berniaga-untuk akhirat yang akan
mengantarkanmu kepada kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan dengan Allah.
Maka setiap nafas dari seluruh nafas adalah mutiara yang tidak terhitung
nilainya, dan apabila telah lewat –nafas itu- maka tidak ada gantinya.
Dan tidak seharusnya engkau menggunakan seluruh waktumu dengan hanya satu wirid
meskipun wirid tersebut termasuk wirid yang utama. Karena yang demikian
itu akan menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan bermacam-macam wirid..
karena pada setiap wirid mempunyai efek sendiri-sendiri di dalam hati.
Dan mempunyai nuur dan keistimewaan tersendiri dari Allah. Dan
ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid memiliki bekas yang
bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan memperbaiki tingkah
laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang yang dapat mencurahkan
semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah pada waktu-waktu yang
khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain apabila engkau sempat
meninggalkannya –pada waktu yang telah ditentukan tersebut, yang demikian ini
untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga amalan wirid tersebut.
Sayyidy Syaikh
Abdurrahman as-Saqaf telah berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa qirdun
yang artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak ubahnya seperti
kera-. Dan telah berkata sebagian orang ‘aarfiin (orang yang sangat
mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah – seperti
ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang tidak
memiliki Wirid pada dhahiriahnya, maka tidak akan ada wariid pada
bathiniahnya/sirrnya. Dan wajib bagimu untuk selalu jujur dan selalu
adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang sekiranya engkau dapat melanggengkannya
/ mudawwamah dan sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW amal yang paling
disenangi/dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit. Dan
RasuluLlah SAW juga telah bersabda ambilah dari amal apa yang engkau rasa
mampu kaena sesungguhnya Allah tidak akan berpaling hingga mereka berpaling. Dan
sebagian dari kebiasaan syaithan dala menipu murid/orang yang sedang belajar
menempuh jalan Allah, adalah mengajak mereka bergegas melakukan amal yang
banyak dan tujuan syaithon dari yang demikian ini adalah agar kelak mereka)para
murid) meninggalkan amal baik tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan
tetapi tidak sesuai dengan tuntutanyang seharusnya. Maka kemudian dari
beberapaa aurad / wirid /zikir, yang dapat engkau lakkukan adalah
memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau
bertafakur. Kemudian kami terangkan beberapa adab, oleh karena itu
seyogyanya bagi kamu memiliki wirid semisal shalat sunnah sebagai
tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang ditentukan waktunya dan di
dikira kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat dilakukan secara terus menerus.
Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih rahimahumuLlaah telah
melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000 reka’at seperti Imam
Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka ada yang melaksanakan 500
reka’at, ada yang melaksanakan 300 reka’at dan lain sebagainya.
Dan ketahuilah
sesungguhnya di bagi amalan shalat ada bentuk lahir dan hakekat bathinnya.
Dan tiadalah shalat itu dihargai oleh Allah, hingga disempurnakan amaliah
lahiriahnya dan hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan bentuk shalat adalah
kesempurnaan rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari berdirinya, pembacaan
Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan sebagainya. Adapun hakekatnya
adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan menjadikan Allah sebagai tujuan
dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian juga segenap hatinya ditujukan
kepada Allah, dan hendaknya pikirannya dikonsentrasikan / tidak banyak
memikirkan sesuatu maka dirinya tidak bercakap-cakap dengan selain perkara
shalat. Dan seyogyanya beradab sebagimana adabnya orang yang sedang bermunajat/berbisik-bisik
dengan Tuhannya . telah bersabda RasuluLlah SAW, “sesunggunya orang yang
shalat adalah orang yang sedang bermunajat kepada Tuhannya. . dan Nabi SAW
telah bersabda, “apabila seorang hamba berdiri melaksanakan shalat, maka
sesungguhnya Allah berhadapan dengannya dengan wajahNya . dan sebaiknya
ia tidak melaksanakan shalat shalat sunnah yang lain seginga ia telah
melaksanakan amal sunnah yang telah dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna ,
diantara shalat sunnah yang dianjurkan itu antara lain beberapa rekaat sebelum
shalat maktubah/shalat wajib yang 5 waktu ataupun beberapa rekaat sedudahnya,
dan diantaranya juga shalat witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan
sebagian ulama mewajibkannya. RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya
Allah Ta’ala ganjil dan senang dengan yang ganjil maka
berwitirlah kamu semua wahai ahli Al-Qur’an. Dan RasuluLlah SAW bersabda sesungguhnya
witir adalah sesuatu yang haq/benar maka barang siapa yang tidak
berwitir maka bukanlah golongan kami. Dan banyaknya bilangan reka’at shalat
witir adalah 11 reka’at sedangkan yang paling sedikit adalah hendaklah
meringkas sampai tiga reka’at adapun pengerjaannya adalah pada akhir waktu
malam bagi orang yang membiasakan diri mengerjakan shalat malam. RasuluLlah SAW
bersabda Jaadikanlah akhir shalat kamu sekalaian dengan shalat witir. Dan
bagi orang yang tidak memiliki kebiasaanmegerjakan shalat malam / qiyamul
lail maka lebih utama mengerjakannya setelah habis shalat Isya .
Dan termasuk shalat
sunah yang dianjurkan Nabi SAW adalah shalat dhuha dan dia/shalat dhuha
adalah shalat yang banyak sekali manfaat dan barokahnya. Banyaknya bilangan
reka’at adalah 8 reka’at dan ada pula yang mengatakan 12 reka’at. Dan paling
sedikitnya adalah 2 rekaat. Telah bersabda RasuluLlah SAW hendaklah kamu
sekalian menjadikan seluruh anggota badan sebagai sedekah. Maka sesungguhnya
setiap tasbih adalah sedekah, dan setiap tahmid adalah sedekah, dan
setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah,
dan setiap amar ma’ruf adalah sedekah, dan nahi mungkar adalah
sedekah. Dan telah mencukupi dari yang demikian itu semua 2 reka’at yang
dilakukan pada waktu dhuha. Dan trermasuk shalat yang dianjurkan
adalah shalat antara Maghrib dan Isya’. Adapun banyaknya adalah
20 rekaat, dan yang sedang adalah 6 reka’at. RasuluLlah SAW telah bersabda Barangsiapa
yang megerjakan shalat 2 reka’at antara dua Isya’ maka Allah akan
membangunkan baginya rumah di dalam surga. Dan RasuluLlah bersabda Barang
siapa mengerjakan shalat sunah setelah maghrib 6 reka’at dimana diantara keduanya
dia tidak bercakap-cakap dengan sesuatu yang buruk maka yang demikian itu
menyamai baginya dengan beribarah selama 12 tahun dengan menghidupkan saat
antara maghrib dan isya’. Dan sungguh telah datang banyak keterangan
tentang fadhilah atau keutamaan shalat diantara Maghrib dan Isya’ dan
akan mencukupililah keterangan berikut ini yaitu bahwasanya Ahmad bin Abil
Hawary ketika bermusyawarah dengan syaikhnya Abaa Sulaiman RohimahumaLloh,
apakah lebih baik ia berpuasa pada siang hari ataukah mendirikan shalat
diantara waktu maghrib dan isya’, maka syaikh Abaa Sulaiman berkata,
“kumpulkanlah keduanya-artinya laksanakan keduanya-. “. Kemudian ia bertanya
lagi, “aku tidak mampu melaksanakan keduanya, karena apabila aku berpuasa maka
aku akan disibukkan dengan berbuka puasa pada saat itu”. Maka Syaikh Abaa
Sulaiman menjawab, ” jikalau engkau tidak mampu untuk mengumpulkan keduanya,
maka tinggalkanlah puasa dan hidupkanlah shalat diantara dua ‘Isya’ (antara
maghrib dan isya’)”. Sayyidatina ‘Aisyah RA berkata, “tidaklah masuk
RasuluLlah SAW ke kediaman saya setelah shalat Isia’ yang akhir kecuali beliau
SAW melaksanakan shalat empat reka’at atau enam reka’at dan Beliau SAW
bersabda, “empat reka’at yang demikian telah menyamai daripada Lailatul
Qadar. Dan suatu keharusan bagi kamu untuk mengerjakan Shalatul Lail
/Shalat malam , sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Shalat yang paling
utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. Dan bersabda RasuluLlah
SAW, “Keutamaan shalat malam dibandingkan dengan shalat pada waktu siang
hari adalah seperti kelebihannya sedekah secara tersembunya dibanding dengan
sedekah secara terang-terangan”. Dan telah datang keterangan yang
menyebutkan bahwa keutamaan sedekah secara tersmbunyi dibanding dengan sedekah
secara terang-terangan adalah berlipat 70 lipatan dalam hal pahala dan
keutamaannya. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Bagi kamu sekalian untuk
mengerjakan shalat malam karena sesungguhnya shalat malam itu adalah amalan
orang-orang shaleh sebelum kamu sekalian, dan tempat bermuqorrobah bagi kamu
sekalian kepada Tuhanmu, dan saat bertafakur akan maksiat yang dilakukan, dan
membersihkan dari dosa, dan penolak penyakit dari jasad kamu sekalian”.
Dan ketahuilah
sesunggunya orang yang mendirikan shalat ba’da Isya’ adalah sungguh telah
menghidupkan seluruh malamnya. Dan telah terjadi pada sebagian Ulama salaf
melaksanakan amalan shalat pada Awwal malam hari. Akan tetapi pengerjaannya
pada saat setelah bangun tidur pada malam hari adalah lebih menghinakan
syaithan dan menjadi perjuangan nafsu / mujahadatunnafsi dan sirr /
rahasia yang sangat ‘ajaib , dia itulah shalat tahajjud dimana Allah
telah memerintahkan RasulNya SAW untuk mengerjakannya dengan firmannya, “Waminallaili
fatahajjad bihii naafilatallak “. “Dan pada sebagian maalm maka bertahajudlah
sebagai amalan sunnah bagi Kamu”. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai
seorang hamba manakala ia bangun malam diantara keluarganya yang lain yang
sedang tidur lalu ia mengerjakan shalat dan Allah memamerkannya kepada
MalaikatNya dan Allah menghadapinya dengan WajahNya yang Mulia.
Dan ketahuilah
sesungguhnya termasuk suatu keburukan apabila orang menginginkan Akhirat
akan tetapi meninggalkan shalat malam. Maka bagaimana ? bahwa seorang murid-orang
yang menginginkan sampai kepada Allah- bahwa ia senantiasa
mengharapkan tambahan rahmat pada setiap waktunya, telah bersabda
RasuluLlah SAW, “Sesungguhnya pada setiap malam ada suatu saat yang apabila
seorang hamba menjumpai saat itu kemudian ia meminta suatu kebaikan kepada
Allah tentang urusan dunia maupun akhirat melainkan Allah akan memberikannya,
dan yang demikian itu terjadi setiap malam HR Muslim. Dan pada sebagian kitan
Allah yang diturunkan, Allah Ta’ala berfirman, “sungguh telah bohong
orang yang mengaku mencintaiKu, apabila malam telah larut lantas ia tertidur
dariKu. Bukankah setiap orang yang mencintai akan selalu ingin bersendirian
dengan yang dicintainya”. Syaikh Ismail bin Ibrahim AL-Jibraani rahimahuLloohu
berkata, “semua kebaikan akan terkumpul semuanya pada waktu malam”-tentu saja apabila
digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT-. RasuluLlah SAW bersabda
yang artinya, “sesungguhnya Allah Ta’ala turun paad tiap-tiap malam ke
langit dunia ketika malam tinggal sepertiganya yang akhir. Maka Allah Ta’ala
berifrman, ‘Adakah yang berdo’a akan sesuatu niscaya akan ijabahi, dan adakah
yang meminta ampunan kepadaKu maka akan Aku ampuni, dan adakah yang meminta
sesuatu niscaya akan Aku beri, dan adakah orang yang bertaubat maka akan Aku
beri taubat kepadanya yang demikian itu hingga terbit fajar”. Dan bagi
orang yang ‘Aarif biLlah pada mendirikan shalat malam terdapat /
merupakan tempat turunnya rahmat Allah / manziilaat yang sangat mulia,
yang banyak sekali dan beberapa kehebatan rasa (Dzauq) yang sangat
lembut yang dapat mereka rasakan di dalam hati mereka akan ni’matnya berdekatan
dengan Allah dan lezatnya bersama-sama Allah dan manisnya bermunajah dan
indahnya bercakap-cakap kepada Allah / Muhadastah. Sebagian dari
mereka / Aarifuun berkata, “seandainya ahli surga merasakan apa yang
kami rasakan niscaya mereka merasakan hidup yang sangat menyenangkan”. Dan
sebagian dari mereka Arifuun berkata, “sesungguhnya Ahlullail-orang
yang ahli menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah-dalam menikmati
malamnya seperti Ahlullahwi-orang yang senang bersendau gurau- dalam
menikmati sendau guraunya”. Dan berkata sebagian dari mereka para
Arifuun, “semenjak empat puluh tahun tidak ada sesuatu yang
mengecutkan hatiku kecuali munculnya fajar”. Tentu saja nikmat yang
demikian ini tidak akan terjadi kecuali setelah melalui usaha yang terus
menerus dan menanggung penderitaan yang berat dalam menghidupkan ibadah di
waktu malam, sebagaimana yang dikatakan oleh Utbatul Ghulam “telah
datang malam selama dua puluh tahun dan selama itu pula aku merasakan
kenikmatan”
(Dan jika apa yang
harus di laksanakan untuk mendirikan shalat malam/ibadah malam hari dan berapa
reka’at sebaiknya shalat malam dilakukan ?). maka ketahuilah sesungguhnya
RasuluLlah SAW tidak mengajarkan dalam shalat tahajud akan bacaan surah-surah
tertentu, akan tetapi baik juga dilakukan dengan membacanya sedikit demi
sedikit ketika berdiri melakukan shalat sehingga dapat khatam dalam satu
bulan, atau kurang atau lebih tergantung dari kemampuan. Adapun bikangan
reka’at maka banyaknya adalah sebagaimana RasuluLlah SAW mendirikan shalat
malam yaiut 13 reka’at, dan yang sedang bisa 9 atau 7 reka’at. Akan tetapi
kebanyakan yang diajarkan adalah 11 reka’at . dan disunahkan ketika bangun dari
tidur hendaklah engkau mengusap wajah dengan tangan seraya mengucapkan kalimat,
“AlhamduliLlaahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur”.
Yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah manghidupkan aku setelah
kematianku dan kepadaNyalah tempat kembali”. Dan kemudian membaca Inna fii
kholqissamaawaati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaari la aayaatill li ulul
albaab……dan seterusnya sampai akhir surah.
Kemudian setelah itu
bangun dari tepat tidur lalu ber wudhu dengan wudhu yang sempurna,
kemudian shalat dua rekaat secara ringkas (tidak terlalu panjang) syukril
wudhu, kemudian shalatlah setelah itu delapan reka’at dengan
memanjangkannya, dengan salam pada setiap dua reka’at atau setiap empat
reka’at, atau sekaligus delapan reka’at dengan satu salam. Dan apabila
masih dirasa mampu, maka berdirilah mengerjakan shalat sunah menurut
kemampuanmu, kemudian shalatlah tiga reka’at dengan niat mengerjakan shalat
witir dengan sekali salam atau dua kali salam. Dan bacalah pada
rekaat awal surah Sabbihisma Robbikal A’la, dan reka’t kedua
surah Qulyaa ayyuhal kaafiruun, dan rekaat yang ketiga surah Ikhlash dan
Muawwidzatain
PASAL 5
Dan sebaiknya ada
bagi kamu suatu wirid yaitu dengan membaca Kitab allah Yang Maha Mulia,
dan engkau mengekalkan dalam membacanya setiap siang dan malam hari. Dan yang
paling sedikit adalah jika engkau meringkasnya dengan membaca satu Juz
setiap hari, maka dengan begitu setiap bulan bisa khatam satu kali. Dan
di atas yang demikian adalah jika engkau mengkhatamkannya setiap tiga
hari sekali. Dan ketahuilah bahwa pada pembacaan Al-Qur’an terdapat faidah yang
sangat besar dan bekas yang jelas dalam menjernihkan hati.
RasuluLlah SAW telah
bersabda, “Ibadah paling utama umatKu dadalah membaca Al-Qur’an”.
Dan telah berkata Sayyidina
‘Aly KarromaLlahu Wajhah, yang artinya “Barang siapa membaca
Al-Qur’an sedang ia dalam keadaan mendirikan shalat, maka pada setiap hurufnya
dihitung sebagai 100 kebajikan. Dan baranga siapa membacanya dengan duduk dalam
shalat, maka pada tiap huruf baginya 50 kebajikan. Dan barang siapa membacanya
di luar shalat sedang ia dalam keadaan suci dari dari hadast dan najis maka
pada tiap huruf baginya mendapat 25 kebajikan. Dan barang siapa yang membacanya
dalam keadaan tidak bersuci, maka baginya akan mendapatkan 10kebajikan”.
Dan takutlah bahwa
keinginanmu dalam membaca hanya sebatas memperbanyak bacaan saja, tanpa
memperhatikan tadbiir dan tartiilnya.
Dan keharusan bagi
kamu ketika membacanya, haruslah dengan tadbiir, dan engkau juga faham
akan isinya dan yang demikian itu menolong untuk dapat memahami maknanya dan
dapat menghadirkan hatimu akan keagungan Mutakallim / Dzat yang
berfirman yaitu Allah Ta’ala, dan sungguh engkau telah berada di hadapanNya dan
sedang membaca kitabNya yang memerintahkan sesuatu kepadamu, dan Yang
melarangmu akan sesuatu serta memberi nasihat kepadamu melalui firmanNya.
Dan hendaknya ketika membaca ayat tentang tauhid dan tamjiid maka
penuhilah hatimu dengan pengagungan kepada Allah dan Ta’dhiim kepadaNya.
Dan ketika membaca ayat yang berisi janji dan ancaman maka
penuhilah hati dengan perasaan takut dan harap kepadaNya. Dan ketika membaca
ayat tentang perintah Nya dan besarnya kekuasaanNya, maka penuhilah hati
dengan perasaan banyaknya kekurangan yang telah diperbuat dan perlu meminta
ampun kepadaNya. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an adalah
laksana lautan yang sangat luas, dimana dari dalamnya akan keluar mutiara ilmu
yang sangat berharga dan jalan kepada kefahaman. Maka barang siapa yang
telah dibukakan jalan kefahaman maka akan abadilah keterbukaan
hatinya dan akan sempurnalah nuurnya dan akan menjadi luas ilmunya,
maka baginya tidak akan berpaling darinya / Al-Qur’an baik siang maupun
malam karena sungguh ia telah sampailah ia akan tujuannya dan sungguh telah
mendapatkan apa yang dicarinya. Dan yang demikian inilah sifat dari murid yang
benar / shidiq
Telah berkata Syaikh
Abu Madyan RA. “Belumlah sempurna seorang murid dalam ke-muridannya
sehingga ia mendapati ada dalam Al-Qur’an apa-apa yang ia inginkan.
Dan wajib bagi kamu
untuk menghafal beberapa surah dan ayat memang telah diterangkan di dalam sunnah
akan keutamaannya, diantaranya engkau membacanya pada tiap malam Alif Laam
Miim –Sajjdah- dan tabaarokal mulku, dan surah waqiah
dan AmanaRrosuulu hingga akhir surah, dan surrah Ad-Dukhoon pada
malam senin dan Jum’at, dan surah Kahfi pada hari Jum’at beserta
malamnya, dan jika memungkinkan maka bacalah beberapa surah munjiyat yang
tujuh pada tiap-tiap malam, maka yang demikian ini adalah keutamaan yang sangat
besar. Dan juga diantaranya hendaklah engkau baca pada waktu pagi dan sore hari
yaitu awwalnya surah Hadiid dan akhir surat Chasyr, dan
surah Al-Ikhlash, dan Muawwidzatain masing-masing tiga kali, dan
demikian pula engkau baca surah Al-Ikhlash dan Muawwidzatain ketiak
hendak tidur beserta ayat kursy dan Qul Yaa ayyuhal kaafiruun,
dan jadikan ia kalimat yang terakhir yang engkau ucapkan. –Dan Allahlah yang
berfirman dengan kebenaran, dan Ia lah yang menunjukkan kepada jalan
kebenaran.. Amin
FASAL 6
Dan seharusnyalah
bagi kamu memiliki wirid / amalan yaitu mempelajari atau membaca Ilmu
yang bermanfaat yaitu ilmu yang akan menambah pengetahuanmu (ma’rifatmu)
akan Dzat Allah dan sifatNya dan Af’al / perbuatanNya, dan
dengan ilmu tersebut engkau akan mengetahui perintah –perintahNya yang
mendorongmu untuk ta’at kepadaNya, serta larangan-laranganNya yang mencegahmu
untuk bermaksiat kepadaNya, sehingga yang demikian itu akan menyebabkan kamu zuhud
terhadap dunia dan mencintai akhirat. Dan dengan Ilmu yang
bermanfaat tersebut akan memperlihatkanmu akan Aib atau cacat dirimu dan
akan dapat diketahui bahaya hasil perbuatanmu, serta tipudaya musuh-musuhmu.
Maka yang demikian inilah Ilmu yang bermanfaat yang tertera di dalam Kitab Allah
dan Sunnah Rasul SAW, dan kitab para Aimmah atai para imam
pemimpin umat. Dan Imam Al-Ghazali telah mengumpulkannya dalam kitabnya
yang sangat mulia (Ihya’ Ulumuddin), yang sangat besar faidahnya bagi
orang yang memiliki Bashiirah / mata hati dan gemar akan Ilmu agama dan
keyakinan yang sempurna, maka bersungguh-sungguh mereka dalam mempelajari kitab
tersebut, demikian juga bagi kamu jika kamu benar bersungguh-sungguh ingin
menempuh jalan akhirat, dan berkeinginan untuk sampai / wushul kepada
martabat hakikat. Dan sungguh kitab tersebut dijadikan rujukan para ahli
pencari hakikat yaitu para sufi dan mereka memperoleh faidah yang sangat
besar dalam waktu yang relatif singkat, semua karena berkah Al-Imaam
Al-ghazaali ra.
Dan seharusnyalah
bagi kamu memperbanyak membaca kitab hadits dan tafsir dan mempelajari
kitab yang umum/kebanyakan dipelajari oleh para alim ulama, karena yang
demikian itu akan dapat membukakan hati dan jalan yang sempurna menuju
kedekatan dengan Allah seperti yang dikatakan sebagian Arifiin. Akan
tetapi hendaklah berhati-hati apabila menelaah beberapa risalah yang membahas
masalah-masalah yang sangat halus/lembut dan masalah hakikat dengan
belajar sendiri tanpa didampingi seorang guru / Syaikh pemimbing, dan
masalah yang demikian ini banyak dijumpai dari risalah-risalah yang di karang
oleh beberapa pengarang seperti Syaikh Muhammad ‘Arabi dan beberapa risalah
dari Al-Imam Al-Gazali RA seperti kitab Al-Ma’aarij. Apabila ada orang
yang berkata, “sesungguhnya tidak mengapa bagi kami mempelajari kitab-kitab
tersebut karena sesungguhnya kami hanya mengambil apa-apa yang kafi faham
atasnya dan beriman terhadap apa yang tidak kami fahami dari kitab tersebut”,
maka jawabannya adalah “sesungguhnya dihawatirkan bagimu bahwa apa yang engkau
fahamkan dari kitab tersebut tidak sama denagn apa yang dikehendaki oleh
pengarangnya maka akan menjadi tersesat dari jalan yang benar, seperti yang
terjadi pada beberapa kaum yang muthala’ah kitib-kitab tersebut tanpa
pembimbing seorang Syaikh maka menjadi Zindiq dengan pernyataan
mereka mengenai hulul dan ittihaad (manunggaling kawulo gusti) –
penyatuan antara hamba dengan TuhanNya…….Na’udzubiLlahi min dzalik.
FASAL 7
Dan seharusnya bagi
kamu memiliki amalan dzikir kepada Allah Ta’ala dengan ditentukan waktunya
maupun bilangan jumlahnya (tentu saja dengan meminta amalan dari para
Masayikh / para Ulama’) karena yang demikian ini untuk mendidik
kedisiplinan. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya dzikir adalah termasuk rukun
thariqah atau sesuatu yang harus dijalankan bagi orang yang hendak
mendekatkan diri kepada Allah, dan dzikir adalah kunci pembuka hakikat
dan merupakan pedang bagi murid. Sebagaimana yang dikatakan oleh ba’dhul
‘Aarifiin bahwa sesungguhnya telah berfirman Allah, “Fadzkuruunii Adzkurkum”
yang artinya, “maka ingatlah/berdzikirlah kamu semua kepada Ku niscaya Aku
akan mengingatmu”. Dan allah telah berfirman, “FasdzkuruuLlaaha qiyaaman wa
qu’uudan wa ‘alaa junuubikum” yang artinya, “maka ingat/berdzikirlah kamu
sekalian kepada Allah ketika berdiri, dan duduk, dan ketika berbaring diatas
punggungmu”.
Dan Allah Ta’ala juga
berfirman, “Yaa ayyuhalladziina aamanuudzdzkuruLlaaha dzikran katsiira”
yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, dziirlah kamu sekalian kepada
Allah denagn dzikir yang banyak”.
Dan telah bersabda
RasuluLlah SAW, yang artinya, “Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan
hamba-ku kepada-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya selama mereka mengingat-Ku.
Apabila ia mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam
Diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tempatnya, maka Aku akan menyebut-Nya di
tempat-Ku lebih baik dari pada penyebutannya di tempatnya”.
Dan Nabi SAW telah
bersabda, “Telah berfirman Allah Ta’ala, ‘Aku adalah teman duduk orang yang
berdzikir kepada-Ku.”
Dan Nabi SAW juga
telah bersabda, “Maukah kamu sekalian aku tunjukkan sebaik-baik amal kamu
semua untuk Tuhanmu, dan lebih dapat mengangkat derajat kamu sekalian, dan yang
lebih baik bagi kamu dari paad menginfaqkan emas dan perak dan lebih baik dari
keadaan seandainya engkau berjumpa dengan musuh maka engkau memukul pundak
mereka demikian juga mereka memukul pundakmu (perang fi sabiliLlah), ?”
Maka mereka (para sahabat) menjawab, “Baik Yaa RasuluLlah”. Maka Nabi
bersabda, ‘DzikruLlah yaitu dzikir kepada Allah”.
Dan dengan dzikir
banyak sekali buah dan manfaatnya bagi orang yang bersungguh-sungguh
mengamalkannya dengan adab dan hadirnya hati di hadapan Allah
Ta’ala. Dan minimal buah hasil dari dzikir adalah rasa manis lezat yang
dirasakan di dalam hati yang dapat mengalahkan segala sesuatu disekelilingnya
misalnya kelezatan dunyawiyah. Sedang paling tinggi buah dari dzikir adalah
apabila ia fana (hilanglah segala sesuatu) karena mengerasnya Yang di
ingat yaitu Allah bahkan ia sendiri tidak fana / ingat akan dirinya
sendiri -karena terkalahkan oleh Yang diingat/disebutnya. Dan juga fana/lenyap
dari segala sesuatu selain Dia.
Dan barang siapa yang
duduk dalam keadaan suci baik dari hadats maupun najis di tempat yang
sunyi (khalwat) dengan menghadap kiblat menenangkan pandangan matanya,
menundukkan kepalanya kemudian berdzikir kepada Allah dengan hati yang hadir
ke hadapan Allah maka hatinya akan melihat dan merasakan bekasnya
dzikir secara nyata. Dan apabila ia terus dalam keadan yang demikian maka nuurul
qurbi / cahaya kedekatan akan menyiinarinya dan akan terbuka baginya asraarul
ghaibi yaitu rahasia sesuatu yang ghaib. Dan seutama-utamanya dzikir
dalah apabila terwujud bersama-sama antara dzikir hati dan lisan. Dan yang
dimaksud dzikrul qalbi /dzikir hati adalah apabila bisa hadir ke dalah
hati akan makna apa yang diucapkan oleh lisan. Seperti Taqdis dan tahmiid (Pemahasucian
dan pemujian) kepada Allah ketika tasbih dan tahlil. Dan dzikir adalah
wirid yang abadi / da’im maka berusahalah agar lisan senantiasa basah
dengan sebab dzikir dalam keadaan apapun kecuali pada waktu yang tidak
memungkinkannya untuk melaksanakan dzikir tersebut seperti ketika membaca
Al-Qur’an dan tafakur. Dan jadikan ibadah yang demikian ini sebagai media untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dan janganlah terpancang dengan hanya satu macam
dzikir saja akan tetapi sebaiknya memiliki amalan dzikir yang berfariasi.
FASAL 8
Dan bagi kamu wajib
menjaga beberapa amalan dzikir dan do’a serta wirid-wirid pada saat selesai
melaksanakan shalat dan ketika subuh dan sore hari dan ketika hendak
tidur, dan ketika bangun dan lain sebagainya dari setiap waktu dan keadaan.
Maka apa saja yang diajarkan RasuluLlah SAW bagi umatnya tentu akan menjadi
sebab kebahagiaan dan kebaikan serta keselamatannya dari keburukan waktu
tersebut. Dan siapa yang menyia-nyiakan akan hal tadi, kemudian menjumpai
beberapa hal yang tidak menyenangkan hati, atau terhalang antara dia dengan apa
yang ia cintai, maka janganlah menyalahkan kepada siapapun kecuali kepada diri
sendiri. Dan barang siapa yang ingin mnegamalkan apa yang telah disebutkan
tadi, maka hendaklah mempelajari kitab Al-Adzkaar karya Imam
Nawawi RA. Dan yang utama diamalkan ketika selesai melaksanakan shalat maka
hendaklah dibaca setelah shalat maktubah “Allahumma a’innyy ‘alaa
dzikriKa wa syukriKa wa husni ‘ibaadatiKa” dan “dan tasbih 33 X, demikian pula
takbir dan tahmid 33 X, dan terakhir ditutup dengan Laa Ilaaha IllaLlah
wahdaHu Laa SyariikaLah laHul mulku walaHul Hamdu wahua ‘ala kulli Syai’in
Qadiir” dan kalimat yang di atas dapat juga ditambah dengan kata “Yuhyi
wa yumiit” dibaca10 kali sebelum mengucapkan kata-kata apapun
setelah shalat subuh dan ashar dan maghrib, dan diantaranya juga dibaca kalimat
pada waktu pagi dan sore “SubhanaLlah wabihamdiHi 100X” dan “SubhanaLlah wal
hamdu luLlah wa Laa Ilaaha IllaLlah HuweaLlaahu Akbar” 100 X, dan “Laa Ilaaha
illaLlaah wahdaHu laa syariikalaH laHul mulku walaHul hamdu waHuwa ‘ala kulli
syai’in qadiir setiap hari 100 X”
Dan jadikan bagimu
wirid berupa bacaan shalawat kepada Nabi SAW karena yang demikian ini
merupakan washilah / media / perantara yang akan menghubungkan kamu
dengan kekasih Allah dan merupakan pintu yang banyak faidahnya bagi kamu
dengan perantaraan shalawat ke hadirat RasuluLlah SAW. Sungguh telah
bersabda RasuluLlah SAW, yang artinya, “Barang siapa yang bershalawat
kepadaku satu kali maka Allah akan berselawat-memberi rahmat-
kepadanya 10 kali. Dan juga bersabda RasuluLlah SAW, “Yang paling cinta
diantara kamu sekalian kepadaku, dan paling dekat tempat duduk dari kamu
sekalian kepadaku adalah yang paling banyak dari kamu yang membaca salawat
kepadaku”. Dan sungguh Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada kita semua
dalam kitabNya yang mulia dengan firmanNya, “Yaa ayyuhalladziina aamanuu
shalluu alaiHi wasallimuu tasliimaa” yang artinya, “Wahai orang-orang yang
beriman, berselawatlah kamu semua kepadaNya (kepada RasuluLlah SAW) dan
ucapkan salam kepadanya dengan sesungguh-sungguh salam”. Maka lakukanlah
perintah tersebut dan perbanyaklah dan jangan engkau sedikitkan, dan
gabungkanlah antara selawat dan salam serta selawat kepada keluarga Nabi SAW.
Dan perbanyaklah dari shalawat pada malam jum’at dan siang harinya.
Dan seharusnya bagi
kamu untuk memiliki wirid berupa tafakur baik pada malam hari
maupun siang hari yang engkau tetapkan waktunya untuk sesaat atau beberapa
saat. Dan saat yang tepat untuk bertafakur adalah saat yang paling luang dan
saat yang paling jernih dalam pikiran seperti pada waktu tengah malam. Dan
ketahuilah bahwa kebaikan dunia dan agama adalah terletak pada bagusnya tafakur
. dan barang siapa yang dianugerahi tafakur, niscaya ia telah diberikan
semua kebaikan. dan sungguh telah terdapat pernyataan yang menyebutkan bahwa tafakur
sesaat itu lebih baik daripada ibadah satu tahun. Dan telah berkata
Sayyidina Ali KarramaLlaahu WajHah, “tidak ada ‘ibadah seperti tafakur / yang
melebihi tafakur dalam hal kebaikannya. Dan ba’dhul ‘aarifiin berkata, “sesungguhnya
tafakur adalah pelita hati orang mukmin. Maka apabila hilang pelita itu niscaya
tidak akan terang hati itu “. Dan tempat berlalunya tafakur itu banyak
sekali, diantaranya (dan yang paling utama) adalah tafakur tentang
keajaiban-keajaiban ciptaan Allah pada alam semesta, dan jejak atau bekas dari taqdir
Allah baik yanh dhahir maupun bathin, dan apa yang terjadi pada langit dan
bumi, dan yang demikian ini akn menambah ma’rifat akan dzat Allah dan sifatNya
dan AsmaNya. Dan Allah telah berfirman yang artinya, Dan lihatlah
apa saja yang ada di langit dan di bumi. Dan dirimu adalah termasuk
pada ciptaanNya yang ‘ajaib maka bertafakurlah tentang dirimu. Dan Allah
Ta’ala telah berfirman, Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi orang-orang yang yakin demikian juga pada dirimu, maka apakah kamu tidak
melihatnya ?.
Dan hendaknya engkau
bertafakur akan ni’matNya dan pertolonganNya yang sampai kepadamu dan juga akan
ni’matNya yang sempurna atasmu. Allah Ta’ala berfirman, “Dan ingatlah
kamu semua akan ni’mat-ni’mat Allah kepadamu agar kamu menjadi orang yang
beruntung“. Dan Allah juga berfirman, Jika engkau menghitung
ni’mat Allah niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya. Dan Allah
telah berfirman, Dan ni’mat apa saja yang datang kepadamu, maka
sesungguhnya itu dari Allah. Dan hasil dari tafakur yang demikian
adalah penuhnya hati dengan mahabbah / cinta dan sibuknya hati dengan
bersyukur lahir maupun bathin sebagaimana Allah telah mencintainya dan ridha
kepadanya.
Dan seyogyanya engkau
bertafakur akan Ilmu Allah yang seluruh meliputi dirimu dan akan penglihatanNya
kepadamu. Dan sungguh telah berfirman Allah Ta’ala, Dan sesungguhnya
telah kami ciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang terlintas dalam
hatinya dan Kami lebih dekat padanya daripada urat lehernya. Dan Allah
Ta’ala berfirman, Dan Dia selalu bersama kamu di mana saja kamu berada
dan sesungguhnya Allah melihat apa saja yang kamu perbuat. Dan Allah
Ta’ala berfirman, Apakah kamu tiada mengetahui bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada di alangit dan di bumi. Dan apa yang ada diantara tiga
orang maka Dialah yang ke empatnya. Dan yang diantara lima orang maka Dialah
yang ke enamnya. Dan tafakur yang demikian ni akan membuahkan rasa malu
pada dirimu jika Allah melihatmu pada apa yang dilarangNya, dan kehilangan kamu
pada apa yang diperintahkanNya.
Dan seharusnya engkau
bertafakur tentang kekuranganmu dalam beribadah kepada tuhanmu dan berpalingnya
kamu pada apa yang dibencinya dengan mendatangi apa yang dilarangnya. Dan Allah
Ta’ala berfirman, Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
menyembah kepadaKu. Dan Allah Ta’ala berfirman, Apakah kamu
mengira bahwa Aku ciptakan kamu dengan sia-sia, dan kepada Kami kamu semua
tidak akan kembali ?. dan Allah Ta’ala berfirman, Wahai manusia,
apa yang telah memalingkan kamu dari Tuhanmu Yang Maha Mulia ?. Dan
tafakur yang demikian ini akan menambah ketakutanmu kepada Allah dan akan
membawamu kepada menghinakan hawa nafsumu dan memandang buruk kepadanya
(nafsu), dan menjauhi keteledoran, serta melanggengkan keta’atan kepadaNya.
Dan seharusnya engkau
bertafakur akan kehidupan dunia ini dengan segala kerepotannya dan tafakur akan
cepat hilangnya dunia, dan bertafakur akan akhirat dan ni’matnya dan
keabadiannya. Allah Ta’ala berfirman, Demikianlah Allah menerangkan
kepadamu ayat-ayat agar kamu berfikir tentang dunia dan akhirat. Dan
Allah Ta’ala berfirman, bahkan mereka memilih kehidupan dunia, sedangkan
akhirat lebih baik dan lebih kekal. Dan Allah Ta’ala berfirman, dan
tidaklah kehidupan dunia ini tiada lain seperti sendau gurau belaka, dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya jika mereka
mengetahui. Dan tafakur yang demikian akan membuahkan untukmu sifat zuhud
kepada dunia dan cinta akan akhirat.
Dan sebaiknya engkau
berfikir tentang datangnya maut dan memperoleh kesesahan dan penyesalan
sesudahnya. Allah Ta’ala berfirman, Katakanlah (Muhammad) bahwa
sesungguhnya kematian yang kamu sekalian lari daripadanya, maka sesungguhnya ia
tetap akan menjumpaimu. Kemudian kemu semua akan dikembalikan kepada Allah dzat
Yang Maha mengetahui yang ghaib dan yang nyata maka akan diberitakan kepadamu
tentang apa-apa yang telah kamu perbuat. Dan Allah Ta’ala berfirman, sehingga
apabila telah datang kematian kepada salah satu dari kamu semua maka dia akan
mengatakan, Tuhan kembalikanlah aku-ke dunia- agar aku dapat berbuat kebaikan
setelah apa yang telah aku tinggalkan –dari melakukannya-. Demikianlah
perkataan yang mereka katakan.
Dan Allah Ta’ala juga
telah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, jangan sampai hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari dzikir kepada Allah. Sampai firman
Nya, Dan Allah tidak akan menunda ajal seseorang apabila telah datang.
Manfaat yang dapat diamnbil dari tafakur yang demikian ini adalah memendekkan
angan-angan dan membeguskan amal dan memperbanyak bekal untuk kelak di hari
akhir (hari kembali kepada Allah.
Dan wajib bagi kamu
untuk bertafakur tentang akhlak-akhlak dan amal yang baik yang disifatkan Allah
kepada para kekasihNya dan para musuhNya dan bertafakur tentang apa yang
disediakan Allah untuk keduanya dari kebaikan yang baik yang segera (di dunia)
maupun yang ditangguhkan (di akhirat). Allah Ta’ala berfirman, sesungguhnya
orang yang baik akan hidup dalam keni’matan, dan orang-orang yang jahat maka
akan mendapatkan siksaan (jahim). Dan Allah Ta’ala berfirman, Maka
apakah orang yang beriman itu seperti orang yang fasiq ? Tidaklah sama mereka
itu./dan Allah Ta’ala berfirman, Adaun orang-orang yang bertaqwa,
niscaya mereka akan kami mudahkan kehidupan mereka. Dan Allah
berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang beriman apabila disebut asma
Allah maka bergetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya maka akan
semakin tambahlah imannya. ….bagi mereka akan mendapat ampunan dari Tuhannya
dan rizki yang baik. Dan Allah Ta’ala berfirman, Allah telah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa mereka
akan kami jadikan penguasa di bumi sebagai mana orang-orang yang telah
terdahulu.
Dan Allah Ta’ala
telah berfirman, Maka apabila telah Kami tetapkan keputusan Kami maka
diantara mereka ada yang kami kirimkan angin yang membinasakan, dan diantara
mereka ada yang kami siksa dengan seruan yang sangat keras (Shaihah), dan
diantra mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula diantara
mereka yang Kami tenggelamkan ke dalam laut. Dan tidaklah Allah sekali-kali
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri. Dan
Allah berfirman, dan orang-orang munafik baik laki maupun perempuan,
diantara diri mereka saling mengajak kepada perbuatan yang buruk dan meghalangi
perbuatan baik. …….dan Allah mela’nat mereka dan bagi mereka adzab yang
menghinakan. dan Allah Ta’ala berfirman, dan orang yang beriman
baik yang laki maupun yang perempuan saling tolong menolong diantara mereka,
saling tolong-menolong dalam kebaikan,……..dan Ridho Allah lebih besar yang
demikian itu adalah keberuntungan yang sangat besar. Allah Ta’ala
berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan perjumpaan
dengan Ku adn mereka hanya rela dengan kehidupan di dunia dan mereka tenang
dengannya……. dan hasil dari tafakur yang demikian ini adalah
menimbulkan cinta kepada orang-orang yang baik / shaleh / su’adaa’ dan
menggerakkan dirinya untuk beramal sebagai mana amal mereka, dan berakhlak
dengan akhlak mereka.
Dan sebaiknya engkau
dapat menghadirkan pada setiap tafakur akan pemahamannya dengan ayat-ayat
Al-Qur’an dan hadits, dan atsar dan janganlah engkau bertafakur
akan dzat Allah dan sifatnya dengan tujuan menganalisa keadaanNya (kaifiyahnya)
, dan sungguhntelah diriwayatkan dari RasuluLlah SAW bahwa Beliau bersabda, bertafakurlah
kamu sekalian tentang ayat-ayat/tanda-tanda Allah dan janganlah kamu semua
bertafakur tentang dzat Allah. Maka sengkau sesungguhnya tidak
akan mampu dari yang demikian ini. Maka yang demikianlah apa yang kami
sampaikan dari beberapa adab, dan beberapa tujuan aurad / wirid yang
pada intinya adalah Hadirnya hati kepada Tuhan . dan engkau tidak akan
dapat sampai kepada yang demikian jika tidak melali jalan ini yaitu
melaksanakan amal yang lahiriah yang disertai hadirnya hati kehadirat Allah.
Maka apabila engkau telah dapat membiasakan hal ini, maka akan teranglah nuur/cahaya
kedekatan kepada Tuhan dan akan mengalirlah ilmu – ilmu ma’rifat. Dan apabila
telah sampai yang demikian, maka hatimu akan selalu menghadap kepada Allah
secara keseluruhan. Dan jadila Ia / hati selalu hadir kehadirat Allah SubhanaHu
Wata’ala. Dan terkadang, keadaan yang demikian ini akan berkembang terus
sehingga hati mengalami ghaibah dan istighraq (tenggelam)
kehadirat Allah dan fana (lenyapnya hati karena yang dilihat hanyalah
kebesaran Allah, sehingga yang lainnya lenyap/hilang termasuk dirinya, dan yang
ada hanyalah allah) dan lain-lain perolehan yang ditemui oleh para AhliLlah.
Dan dasar dari pencapaian tersebut adalah tekun dan bersungguh-sungguh
melaksanakan amal dzahir dan menjaganya disamping hatinya selalu merasa
hadir bersama Allah. Dan takutlah kamu akan meninggalkan amal meskipun amalan
yang ringan dan takutlah tidak melanggengkan amal tersebut karena yang demikian
termasuk dalam kebodohan. Dan janganlah melakukan amal karena merasa longgar
waktunya dan karena badan sedang merasa enak dalam melakukannya akan tetapi
sebaiknya disamakan baik dalam keadaan sibuk maupun longgar, yaitu tetap
melaksanakan ketika hati merasa malas, dan menambahnya apabila mendapati waktu
longgar.
FASAL 9
dan ketahuilah
bahwasanya bersegera melakukan kebaikan dan menjaga ibadah, dan selalu
melakukan ta’at adalah kebiasaan para Nabi SAW dan para aulia baik dalam awwal
maupun akhir perjalanannya.karena sesungguhnya Mereka adalah yang paling
ma’rifat / mengenal Allah. Maka tidak mengherankan jika Mereka yang paling
bnayak ibadahnya dan paling ta’at dan paling takut kepada Allah Azza wa Jalla.
Karena sesungguhnya menghadapnya hamba kepada Tuhannya dan ibadah hamba kepada
Tuhannya menurut kadar kecintaannya kepadaNya. Dan sesungguhnya kecintaan
itu tergantung dari besarnya ma’rifat´. Maka manakala seorang hamba lebih
berma’rifat kepada Allah maka sudah pasti ia lebih bersangatan cintanya
kepadaNya dan lebih banyak ibadah kepadaNya.
Apabila engkau
disibukkan dengan mengumpulkan harta dunia dan disibukkan pula dengan menuruti hawa
sehingga mengesampingkan aurad / dzikir maka berjuanglah agar engkau
mempunyai sesaat untuk Tuhanmu pada pagi hari dan satu saat paad sore hari,
dimana pada saat itu engkau gunakan untuk bertasbih dan istighfar dan lain-lain
dari bermacam-macam keta’atan.
Dan sungguh telah
diriwayakan dari Allah Ta’ala sesungguhnya Allah berfirman , “Wahai anak Adam,
jadikanlah untukKu satu saat di awwal harimu dan satu saat di akhir hari maka
akan Aku cukupi apa yang diantara keduanya.
Dan ada pula
keterangan yang menyatakan bahwa sesungguhnya catatan amal perbuatan seorang
hamba dihadapkan kepada Allah Azza wa Jalla pada akhir hari. Maka apabila di
dapat kebaikan pada awwal hari dan kebaikan pada akhir hari maka allah
berfirman kepada malaikat, “hapuslah apa yang diantara keduanya. Yang demikian
ini adalah kemurahan Allah kepada kita dan kepada semua manusia akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
FASAL 10
dan wajib bagi kamu
untuk berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul dan
bergantung kepada keduanya, karena keduanya adalah agama Allah yang kokoh dan
jalanNya yang lurus. Barang siapa yang mengambil keduanya, maka ia akan
selamat, dan akan mendapat petunjuk dan akan terjaga. Dan barang siapa yang
mengabaikannya keduanya, maka akan tersesat dan menyesal dan mengalami
kerusakan. Maka jadikanlah keduanya sebagai penunjuk jalan bagimu. Dan
kembalilah kepada keduanya dalam segala hal urusanmu dengan niatan melaksanakan
wasiyat Allah dan wasiat rasulNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Wahai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul dan
pemerintah kamu sekalian. Maka apabila diantara kamu berselisih tentang sesuatu
hal maka kembalikanlah urusannya kepada Allah dan kepada RasulNya- artinya
kembalikan kepada Kitab dan Sunah. RasuluLlah SAW bersabda, “Aku
berwasiat kepadamu dengan sesuatu yang apabila kamu semua berpegangan kepadanya
niscaya tidak akan tersesat selamanya – KitabuLlah dan sunnahku.
Jika dirimu ingin mendapat petujnuk kepada jalan yang lurus yang tidak ada
keraguan di dalamnya, dan engkau menginginkan dirimu dalam keamanan, maka
konsentrrasikan segala niatmu dan akhlakmu dan amalmu dan ucapanmu kepada Kitab
Allah dan Sunah Nabi SAW. Maka ambilah apa yang sesuai dengan
keduanya, dan tinggalkanlah apa yang bertentangan dari keduanya. Dan
jalankanlah apa – apa yang ada di dalamnya dan ikutilah kebaikan untuk
selamanya dan janganlah engkau mengada-adakan sesuatu di dalam hal agama (bid’ah)
dan janganlah engkau mengikuti selain jalan orang mukmin maka engkau akan
mengalamii kerugian di dunia maupun di akhirat. Dan yang demikian itu adalah kerugian
yang sangat nyata. dan takutlah kamu sekalian akan mengada-adakan perkara agama
padahal tidak disyariatkan oleh RasuluLlah SAW, maka sesungguhnya telah
bersabda RasuuLLah SAW, “sesungguhnya sesuatu yang diada-adakan adalah bid;ah,
dan setiap yang bid’ah adalah tersesat. Dan telah bersabda RasuuLLah SAW
barang siapa yang mengada-ada tentang perkara kami, maka sedang kami tiada
mengadakannya, maka di tolak . dan bid’ah itu ada tiga macam,
bid’ah hasanah, yaitu apa yang disampaikan oleh orang yang bijaksana
dari sesuatu yang bersesuaian dengan Kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW karena
menginginkan memilih sesuatu yang lebih baik dan lebih bermanfaat . maka yang
demikian ini contohnya seperti mengumpulkan Al-Qur’an ke dalam mushaf seperti
Abu Bakar, dan salat tarawih dari Umar, dan menertibkan/menyusun mushaf dan dua
adzan awwal yang dilakukan oleh sahabat Utsman RA. Yang ke dua adalah bid’ah
yang tercela/madzmumah bagi sebagian orang yang zuhud dan qana’ah
seperti seperti bermewah-mewahan dalam hal makan dan pakaian, dan rumah/tempat
tinggal. Dan yang ketiga adalah bid’ah yang tercela secara mutlak, yaitu
apa – apa yang berselisih dengan nash kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW atau
berseberangan dengan ijma’ /kesepakatan para alim ulama. Oleh karena itu
barang siapa yang belum bisa berpegangan dengan kitab Allah dan mengikuti sunnah
RasuuLLah SAW kemudian ia mendakwakan dirinya bahwa ia telah memperoleh
suatu kedudukan disisi Allah, maka janganlah mengikutinya meskipun ia memiliki
kemampuan terbang di atas udara atau berjalan di atas air, dan dapat menembus
batas tempat, dan dapat melakukan hal – hal yang istimewa (khariqul ‘adah),
karena yang demikian itu kebanyakan terjadi sebagaimana yang dilakukan oleh
syaitan, dan tukang sihir, dan tukang tenung dan ahli nujum dan lain sebagainya
dari perbuatan-perbuatan yang menyesatkan. Dan tidak lepas pula dari yang
demikian ini suatu istidraj (cobaan) dari Allah.
Adapun orang yang
memiliki ilmu dan akal kecerdasan dari orang-orang yang beriman, sungguh mereka
mengetahui bahwasanya perbedaan derajad kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya
itu tergantung dari pada sejauh mana kesempurnaan dalam mengikuti sunah RasuuLLah
SAW. Dan sesungguhnya manakala sempurna dalam hal itba’ sunnah RasuuLLah
SAW, tentu semakin sempurnalah kedekatannya kepada Allah SWT.
Dan dalam sebuah
riwayat diterangkan bahwasanya Abu Yazid Al-Bustami RA telah berniat untuk
menziarahi seorang yang termasyhur pada saat itu dan mereka menganggap sebagai
wali Allah. Dan beliau Syaikh Abu Yazid RA. duduk menanti orang itu untuk
mengikuti salat berjama’ah. Maka ketika orang itu keluar dan dilihat oleh
Syaikh Abu Yazib bahwa ia telah meludah di sudut masjid, maka beralulah Abu
Yazid dan meninggalkan orang itu tidak jadi menemui orang tersebut. Kemudian ditanyakan
kepada Syaikh Abu Yazid mengapa berbuat demikian, maka beliau menjawab,
“Bagaimana seseorang yang percaya kepada Rahasia Allah padahal ia tidak menjaga
adab yang baik dalam hal syari’at”.
Sahal bin AbdulLah RA
berkata, “Tidak ada penolong kecuali Allah, tidak ada dalil/petunjuk kecuali
RasuuLLah SAW, tidak ada bekal kecuali taqwa, tidak ada amal kecuali bersabar
kepadanya / amal tersebut, dan ketahuilah bahwasanya tidak akan mampu bagi
tiap-tiap orang untuk melaksanakan kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW secara
lahir dan bathin dengan sempurna karena yang demikian ini hanya tertentu bagi
para ulama yang sangat mencintai Allah dan RasuluLlah SAW. Oleh karena itu jika
engkau merasa tidak mampu untuk memahami ataupun melaksanakan Kitab Allah dan
sunah RasuluLlah SAW maka wajib bagi kamu untuk kembali / ruju’ kepada
orang yang Allah memerintahkan kepadamu untuk kembali kepadanya, sebagaimana
firman Allah Ta’ala, “Fas’aluu ahlajdzdzikri inkuntum laa ta’lamuun”
yang artinya, ‘tanyakan kepada ahlinya jika kamu tidak mengetahui”. Dan yang
dimaksudkan ahludzdzikri adalah ulama Billah wabidiinihi yang
mengamalkan ilmunya karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, yang zuhud terhadap
dunia, yaitu ulama yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia daripada
dzikirnya kepada Allah Ta’ala, mereka yang selalu mengajak manusia kepada Allah
dengan pandangan hatinya yang terbuka hijabnya akan rahasia-rahasia Allah. Dan
sungguh sulitlah didapati seseorang yang berperangai demikian di bumi yang luas
ini sehingga para kabaair ulama sepuh menganggap bahwa mereka kehilangan
darinya, padahal sesungguhnya yang benar adalah mereka tetap ada akan tetapi
Allah Ta’ala telah menutupinya dengan selendang keagunganNya sehingga tidak ada
orang yang mengetahuinya. Kebiasaan mereka menyembunyikan diri dari khalayak
ramai bahkan orang ramai sama berpaling dari mereka. Maka barang siapa yang
berkeras mencarinya (wali Allah tersebut) dengan niat yang benar dan
bersungguh-sungguh maka tidak akan kesulitan untuk bertemu dengan salah satu
dari mereka – Insya Allah-. Sesungguhnya kesungguhan dan ketekunan adalah
pedang yang tiada ia diletakkan pada sesuatu pasti akan terputuslah sesuatu
tersebut. Dan bumi Allah tidak akan sepi dan kekurangan dari orang yang
menegakkan agama Allah denagn hujahnya. Sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW
,”Tidak henti-hentinya diantara umatku yang selalu menegakkan kebenaran (haq)
dan segala sesuatu tidak akan dapat membahayakan mereka sampai Allah meetapkan
keputusanNya. Mereka itulah pelita dunia, dan pemegang amanah, dan pewaris para
Nabi SAW. Mereka itulah tentara Allah (HizbuLlah) dan ketahuilah sesungguhnya
tentara Allah adalah oraang-orang yang beruntung.
FASAL 11
dan wajib bagi kamu
untuk selalu memperbaiki i’tiqadmu dan memperkokohnya atas golongan yang
selamat yaitu yang dikenal diantara beberapa golongan Islamiyah seagai i’tiqad Ahlussunah
wl Jama’ah. Dan mereka selalu berpegang teguh dengan apa yang datang dari
RasuluLlah SAW dan para sahabat. Dan engkau apabila melihat mereka dengan
sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati didalam memperhatikan hukum-hukum Al
Qur’anul Kariim, dan sunah Rasul yang mengandung ilmu-ilmu keimanan, dan
golongan yang berjalan pada jalan ulama salaf dari para sahabat,
tabi’in, maka engkau akan membenarkan bahwa kebenaran yang nyata adalah yang
sebagaimana disampaikan oleh golongan Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Syaikh
Aby Hasan Al Asy’ary RA yang telah menyusun akidah ahlul haq/ ahli kebenaran
yaitu aqidah yang telah disepakati oleh para sahabat dan orang-orang sesudah
mereka dari golongan tabi’in. Akidah ini (ahlussunah wal jama’ah) adalah akidah
ahli kebenaran dari setiap zaman dan tempat dan ialah akidah yang dipakai oleh
para ahli tasawwuf sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Abul Qasim
AL Qusyairy RA dalam permulaan risalahnya , “…Aqidah kami adalah akidah saudara
kami dari orang-orang yang mulia yang terkenal dengan Al-Husiainiyyain, yang
dikenal pula dengan Aly Aby Alawy dan juga akidah pendahulu kami, mulai
dari RasuluLlah SAW hingga saai ini. Dan Imam AL Muhajir Sayyid Ahmad
bi ‘Isa bin Muhammad bin Aly bin Al Imam Ja’far As-hadiq RA, ketika melihat
timbulnya bid’ah dan banyaknya perseteruan dan ikhtilaf di Irak.
Maka beliau hijrahlah beliau dari sana, dan berpindah-pindah tempat hingga
sampailah di Hadramaut maka menetaplah beliau disana hingga wafatnya.
Maka Allah telah memberikan berkah kepada beliau dan pengikut-pengikut beliau
sesudahnya yang kemudian membentuk suatu komunitas yang sangat terkenal bagi
perkembangan ilmu pengetahuan agama dan juga daalam hal ibadah dan kewalian dan
ma’rifah. Dan dengan berkah beliau Al imam Ahmad bin Isa maka
senantiasalah tegak akidah islam yang benar dari para Ahli bait Nabi yang
senantiasa mereka menentang bid’ah. Semoga Allah memberikan pahala yang
besar kepada beliau Sang Imam dan kemudian pula kepada kita semua.
Demikian pula semoga Allah mengangkat derajat beliau beserta para pendahulu
beliau yang teramat mulia ke tempat yang tinggi di sisiNya dan semoga Allah
mempertemukan kita kepada mereka kelak di ahirat sesungguhnya Allah adalah Dzat
yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Dan golongan Maturidiyah seperti juga
golongan Asy’ariyah/ahlusunnah wal jama’ah.
Dan seharusnya dilakukan
oleh setiap orang mukmin untuk selalu memperbaiki i’tiqadnya dengan menjaga
aqidah dari para imam yang telah disepakati kebesarannya dan kedalaman ilmunya,
sebagaimana aqidah yang suci diuraikan oleh Imam Al-Ghazali RA, yang jauh dari
kekeruhan yang telah disusun pada fashal pertama dari kitab qawaa’idul
Aqaa’id dari kitab Ihya’ Ulumuddin. Maka wajib bagi kamu menelaah
kitab tersebut. Jika kamu ingin yang lebih dari itu maka dapat mempelajari
kitab Risalah Al-Qudsiyah yang disusun pada fashal ke tiga dari kitab
tersebut. Dan janganlah engkau menyibukkan dirimu dengan ilmu kalam dan
memperbanyak pembahasannya dengan harapan akan mencapai ma’rifah karena
sesungguhnya engkau tidak akan mendapatkan hakikat ma’rifat melalui ilmu
kalam tersebut. Akan tetapi jika engkau benar-benar menginginkan hakikat
ma’rifah, maka wajiblah bagi kamu menempuh jalan (suluukuththariiq)
yaitu melanggengkan taqwa secara lahir maupun bathin dan selalau
berpegangan kepada ayat Al-Qur’an maupun sunah Nabi SAW. Dan lihatlah pada alam
semesta di langit dan bumi dengan tujuan mengambil pelajaran dan memperbaiki
akhlak diri sendiri dengan membaguskan riyadhah dan menjernihkan cermin
hati dengan selalu berzikir dan tafakur dan berpaling dari segala sesuatu yang
menyibukkan diri dari berkonsentrasi akan hal yang demikian. maka jalan yang
demikianlah yang apabila ditempuh niscaya akan mendapatkan hasil yang baik dari
apa yang diinginkan dan akan membuahkan kedekatan kepada Allah Insya Allah. dan
golongan Shufi telah melakukan usaha yang kerasa / mujahadah bagi
diri mereka sendiri dan juga riyadhah serta menghentikan kebiasaan
kehidupan mereka sehari-hari karena mereka mengetahui hanya dengan jalan inilah
mereka memperoleh ma’rifat yang sempurna. dan dengan kesempurnaan ma’rifah
maka akan sempurna pula dalam menetapi amaqam ‘ubudiyah /penghambaan
diri kepada Allah Ta’ala
FASAL 12
Dan wajib bagi kamu
untuk melaksanakan fardhu / kewajiban serta menjauhi perbuatan yang haram
dan wajib pula memperbanyak amalan sunah. Maka sesungguhnya engkau jika
dapat melaksanakan hal yang demikian secara ikhlas liwajhiLlah, karena
Allah Yang Maha Mulia maka engkau akan berhasil mencapai kedekatan yang
sesungguhnya dengan Allah Ta’ala. Dan Allah pun akan memberikan kepada engkau
pakaian mahabbah / cinta kepadaNya yang melingkupi dan mempengaruhi dari
mahabbah tersebut akan segala tingkah laku gerak dan diammu semata-mata karena
Allah dan dengan Allah (liLlah dan BiLlah). dan itulah mahkota kewalian
dan mahkota kekhalifahan yang di isyaratkan oleh junjungan kita baginda
RasuluLlah SAW dengan sabda beliau yang meriwayatkan dari Allah SubhanaHu
wata’ala, “sesungguhnya Allah Ta’ala berifrman, Tiada sekali-kali hambaKu
mendekatkan diri kepadaKu yang lebih Aku cintai daripada mereka yang
mengerjakan apa yang Aku fardhukan kepada mereka. Dan tidak henti-hentinya
hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan mengerjakan amalan sunah sehingga Aku
mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku menjadi
pendengarannya ketika ia mendengar, dan menjadi penglihatannya ketika ia
melihat, dan menjadi tangannya ketika ia memegang, dan menjadi kakinya ketika
ia berjalan. Jika ia meminta kepadaKu niscaya Aku beri, jika ia meminta
perlindungan kepadaKu niscaya Aku beri perlindungan…..
Oleh karena itu
lihatlah…semoga Allah merahmatimu, akan beberapa rahasia / asrar dan
beberapa pengetahuan yang tertuang dalam hadits Qudsi di atas, dan
perhatikanlah dengan sungguh-sungguh secara mendetail apa yang termaktub di
dalamnya tentang apa saja yang dapat menghantarkan seorang hamba untuk sampai kepada
derajad yang sedemikian tinggi yaitu menjadi kekasih ALlah. Sehingga apa
yang ia cintai adalah sesuatu yang dicintai Allah demikian pula apa yang
ia benci adalah apa yang Allah benci, dan semua itu tidak tercapai
kecuali dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan memperbanyak
amalan sunah yang dicintaiNya dengan mengharapkan kebahagiaan di sisiNya. Oleh
karena itu bersegeralah jika memang engkau memiliki cita-cita untuk dapat
sampai kepada derajat kesempurnaan dan jika pula engkau menginginkan sampai
pada derajad rijal dimana telah jelas dan teranglah jalan untuk menuju
kesana.
Dan ketahuilah
sesungguhnya Allah Ta’ala dengan kemurahanNya dan ke baikanNya telah menjadikan
amal sunnah sebagai penambal kekurangan dari amalan fardhu yang
sesuai dengan yang sejenisnya, semisal Shalat fardhu dengan shalat sunah
, puasa fardhu dengan puasa sunah. Dan Fardhu adalah pokok /
dasar sedangkan sunah adalah cabang atau yang mengikuti amal fardhu.
Dan orang-orang yang mengerjakan kewajiban fardhu, dan menjauhi
perbuatan haram namun tidak melakukan ibadah sunah adalah lebih
baik daripada orang yang bersungguh-sungguh melakukan ibadah sunah akan
tetapi melalaikan ibadah fardhu.
Dan takutlah kamu
untuk meninggalkan ibadah fardhu dan lebih mengutamakan ibadah sunah maka
engkau akan berdosa dengan meninggalkan keutamaan ibadah fardhu dan Allah tidak
akan menerima ibadah sunahmu. Hal yang demikian dapat terjadi seperti orang
yang menyibukkan diri dengan ilmu tentang amalan sunah dan meninggalkan
mempelajari ilmu tentang fardhu baik dalam dhahir maupun bathinnya.
Dan ketahuilah
sesungguhnya engkau tidak akan sampai kepada melaksanakan kewajiban yang
diperintahkan Allah kepadamu dari perbuatan ta’at, demikian pula menjauhi dalam
hal enjauhi apa yang dilarangNya untukmu dari beberapa ma’siyat dan pula dari
beberapa cara mengerjakan amalan sunah yang dapat mendekatkan dirimu
kepadaNya kecuali dengan ilmu. Maka wajib bagimu mencari ilmu tersebut,
dan telah bersabda RasuluLlah SAW ,”Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap
orang islam . Dan dengan ilmu engkau akan mengetahui hal yang wajib
adalah wajib dan yang haram adalah haram, demikian pula yang sunah
adalah sunah. dan pula engkau mengetahui bagaimana cara mengerjakan yang wajib
dan sunah dan meninggalkan yang haram. oleh karena itu tidak boleh tidak engkau
memiliki ilmu yang demikian. dan tidak ada alasan bagimu untuk tidak
membutuhkan ilmu ini, dan mengamalkannya dan selalu mempelajarinya dimana
dengan mengamalkannya maka engkau akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Dan ketahuilah
sesungguhnya engkau tidak akan mampu melaksanakan apa yang diwajibkan bagi kamu
oleh Allah SWT berupa keta’atan, demikian pula dalam menjauhi apa yang dilarang
Allah SWT berupa amalan maksiyat demikian pula dalam menjalankan suari’at yang
diperintahkan kepadamu dari amalan sunah yang dapat mendekatkan dirimu kepada
Allah SWT dan dapat menyelamatkanmu kecuali dengan ilmu. Maka wajib bagi
kamu untuk mencari ilmu, sebagaimana telah bersabda RasuluLlah SAW, “thalabul
ilmi fariidhatun ‘ala kulli muslimin wamusliimatin” yang artinya, mencarim
ilmu adalah wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan”. Dan dengan ilmu
engkau akan mengetahui bahwa yang wajib adalah wajib, dan yang
sunah adalah sunah, dan yang haram adalah haram. Demikian juga
dengan ilmu engkau akan mengetahui bagaimana cara melaksanakan yang wajib,
mengerjakan yang sunah dan meninggalkan yang haram.
Oleh karena itu tidak
boleh tidak bagi kamu untuk memiliki ilmu Karena yang demikian ini akan
mencukupkanmu untuk memperoleh kebahagiaan diadunia dan di akhirat. Dan
ketahuilah sesungguhnya seseorang yang beribadah kepada Allah SWT tanpa
didasari dengan ilmu yang benar, maka bahaya yang ditimulkan kepada orang yang
melaksanakannya disebabkan ibadahnya itu lebih besar daripada manfaat.
Yang dihasilkannya. Berapa orang yang beribadah hanya memayahkan dirinya saja
dalam ibadahnya, sementara itu ia selalu bermaksiyat kepada Allah SWT sedangkan
ia merasa itu adalah keta’atan atau apa yang ia lakukan itu bukanlah maksiyat.
Asy-Syaikh Al ‘Aarif
billah Muhammad ibnu ‘Arabi menyatakan pada bab wasiyat yaitu seseorang dari ahlil
Maghrib yang mana sesungguhnya ia adalah seorang yang bersungguh-sungguh
dalam beribadah, dan ia memelihara hewan ternak akan tetapi ia diamkan saja dan
tidak dimanfaatkan. Orang-orang bertaynya kepadanya, “mengapa engkau tidak
mengambil manfaat dari binatang ternak itu “?. Iapun menjawab, sesungguhnya ia
aku pelihara hanya aku pergunakan untuk menjaga farjiku. Ia tidak
mengetahui bahwa melakukan persetubuhan dengan hewan adalah haram. Maka ketika
ia mengetahui bahwa yang demikian itu adalah haram, menangislah dia dengan
menangis yang sangat keras ..demikianlah riwayat
Dan ilmu yang wajib
bagi setiap Muslim adalah ilmu yang menyebabkan ia mengetahui semua fardhu yang
diwajibkan Allah SWT kepadanya, dan megetahui semua yang diharamkan kepadanya.
Dan wajib bagi kamu mengetahui tata cara
mengerjakan sesuatu yang wajib. Misalnya orang islam yang telah balig, maka
wajib baginya segera mengetahui ma’na dua kalimat syahadat, dan wajib
mengetahui kewajiban shalat lima waktu dan apa yang wajib dari shalat tersebut
seperti rukun-rukunnya, dan hokum-hukumnya. Dan wajib pula baginya untuk
mengetahui wajibnya puasa dan zakat dan haji dan lain sebagainya dari
perkara-perkara wajib. Demikian pula wajib baginya mengetahui haramnya zina,
meminum khamr, dan mengambil harta orang lain secara bathi. Dll. Akan tetapi
belum wajib baginya mengetahui tatacara melakukan puasa dan hajji kecuali
ketika ia memasuki bulan Ramadhan, atau ketika ia mampu untuk pergi hajji,
demikian pula dengan zakat, maka wajib baginya ketika sampai kepada nishab dan
waktu zakat WalLaahu a’lam.
Adapun hal-hal yang
diharamkan, dan hal-hal yang wajib yang telah nyata, semua itu telah diketahui
bersama diantara kaum Muslimin hampir tidak ada yang tersembunyi. Oleh karena
itu yang terpenting adalah mengetahui beberapa hukum dari hal yang tersebut di
atas, dan benar pula bahwasanya belum cukup mengetahui hukum saja, akan tetapi
perlu juga berinteraksi dengan para alim ulama yang takut kepada Allah SWT
Dan wajib pula bagi
kamu untuk selalu malakukan apa yang mereka amalkan, demikian pula menjauhi apa
yang mereka tinggalkan karena mengikuti jejak mereka, karena sesungguhnya tidak
akan menjadi baik dalam hal mengikuti agama kecuali kepada para alim ulama yang
mengamalkan ilmunya. Sesungguhnya pada saat sekarang ini sulitlah dijumpai
ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Oleh karena itu apabila pada zaman
sekarang ini engkau melihat orang alim yang melakukan sesuatu amalan atau
meninggalkan sesuatu yang mungkin disebabkan karena kedunguan dan keabthilan,
maka tidak cukuplah pendapat hanya satu orang tersebut dalam meninggalkan atau
melakukan sesuatu amal, sehingga engkau menanyakan kepadanya akan alasannya
dalam melakukan sesuatu tersebut dari sudut pandang syari’at dan dari sudut
pandang hukum di dalam agama Islam.
Dan tidaklah terlalu
dibutuhkan bagi seorang Muslim dalam mendapatkan pengetahuan tentang fardhu
dll, hingga sampai memakan waktu yang lama, dan hamper yang demikian inidapat
menimbulkan kepayahan baginya. Akan tetapi uckup baginya dalam mendapatkan ilmu
tadi dengan duduk bersama seorang ulama yang benar-benar bertaqwa satu jam atau
dua jam saja, sebagaimana pernah terjadi ada seorang arab badui datang kepada
RasuluLlah SAW dimana beliau SAW sedang berkhutbah di atas mimbar. Orang
arab tersebut meminta kepada Nabi SAW untuk mengajarinya tentang agama yang
datang dari Allah. Maka turunlah Nabi SAW dari mimbar dan memberinya ilmu ,
setelah itu beliau SAWnaik lagi ke mimbar dan menyempurnakan khutbah beliau
SAW.
Termasuk hal yang
demikian, barang siapa yang menginginkan keselamatan dirinya, maka wajib
baginya dalam mengerjakan sesuatu sekali kali tidak melakukannya kecuali
setelah mengetahui hukum Allah di dalamnya seperti wajib atau sunah, atau mubah
atau haram, karena sesungguhnya semua urusan tidak terlepas dari salah satu 4
hukum tadi.
Kemudian orang mukmin
terbagi kepada dua bagian, awam dan khusus. Termasuk orang umum/awam
terkadang mereka telah meninggalkan hal yang wajib dan mengerjakan hal yang haram,
dan yang terbaik dari mereka adalah mereka yang bersegera bertaubat dan
meminta ampun kepada Allah SWT. Demikian pula mereka tidak menjaga amalan sunnat
dan terkadang lalai tenggelam dalam hal-hal yang mubah.
Adapun orang khusus
adalah mereka mengerjakan yang wajib, dan meninggalkan yang haram dalam setiap
keadaan dan mereka menjaga amalan sunah dan menyedikitkan amalan mubah
yang hanya mereka lakukan dalam rangka untuk mendukung menjalankan perintah
dan menjaui larangan Allah SWT
FASAL 13
dan wajib bagi kamu
untuk selalu menjaga kesucian lahir dan bathinmu karena barang siapa yang
sempurna kesuciannya maka ruh nya dan sirrinya akan menyerupai malaikat
secara ruhaniyah meskipun jasadnya adalah seorang manusia. Telah
bersabda RasuluLlas SAW, “Buniyaddiijn ‘ala nadhaafah” yang artinya, “Sesungguhnya
agama ditegakkan di atas kebersihan”. Dan juga telah bersabda SAW, “InnaLlaaha
nadhiif yuhibbunnadhaafat” yang artinya, “sesungguhnya Allah itu suci
dan cinta kepada kesucian”.
Dan kesucian bathin
dapat dihasilkan dengan membersihkan hati dari akhlak yang tercela seperti takabur,
riya’ hasud, cinta dunia, kemudian menghiasinya dengan akhlak yang mulia
seperti tawadhu’, malu, ikhlash, dan pemurah dan lain sebagainya.
Adapun hakikat dari
akhlak yang demikian, dan jalan untuk melepaskan diri dari akhlak tercela, dan
jalan untuk mendapatkan keutamaan akhlak tersebut semua itu telah dikumpulkan
oleh Imam Al-Ghazali RA pada bagian ke dua dari kitab Ihya’Ulumuddin oleh
karena itu wajib bagi kamu untuk mempelajarinya.
Sedangkann kesucian
perbuatan zahir akan dapat diperoleh dengan meninggalkan apa yang dilarang oleh
agama dan melaksanakan apa yang diharuskan. Oleh karena itu barang siapa yang
menghiasi dirinya dengan selalu melakukan amal shalih, dan memenuhi bathinnya
dengan akhlak yang terpuji niscaya sempurnalah kesuciannya
Dan termasuk bagian
dari membersihkan zahir adalah apa yang telah ditunjukkan oleh syara’ seperti
menghilangkan kotoran di badan, memotong bagian tubuh yang berkebih seperti
merapikan kumis, memotong kuku dimulai dari jari telunjuk kanan terus berurutan
sampai ujung jari paling kiri, kemudian dilanjutkan tangan kiri dimulai dari
jari paling kiri berurutan sampai ibujari kiri, kemudian diakhiri dengan ibu
jari tangan sebelah kanan. Dan mensucikan diri dari hadats dan najis,
Adapun memotong kuku
pada kaki maka disunahkan dimulai dari jari paling kanan pada kaki sebelah
kanan, terus berurutan kekiri hingga berakhir pada jari paling kiri pada kaki
sebelah kiri sebagaimana kalau menyela jari ketika berwudhu. Dan dimakruhkan
mengulur waktu di dalam membersihkan anggota badan yang berlebih tersebut lebih
dari 40 hari. Termasuk juga membersihkan daki yang ada di badan dengan
menggosok hingga bersih kemudian disiram dengan air, demikian juga tertmasuk
membersihkan kotoran yang terdapa pada ujung mata, dan termasuk juga
membersihkan sisa-sisa makanan di sela-sela gigi.
Dan wajib bagi kamu
membersihkan mulutmu dengan siwak menggunakan kayu araq lebih
utama, dan lebih ditekankan ketika hendak melaksanakan ibadah seperti shalat
atau membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya, dan mencuci bajumu dengan air
apabila ia kotor. Dan termasuk juga dalam menyempurnakan kebersihan adalah
menggunakan minyak untuk rambut dan jenggot, dan memakai celak mata dari itsmid
pada tiap-tiap mata tiga kali usapan. Sesungguhnya RasuluLlah SAW bercelak pada
tiap-tiap malam. Demikian pula memakai wewangian karena wewangian dapat
menyebabkan udara menjadi harum yang dapat menyenangkan orang yang menghirupnya
dan ditekankan pada saat menghadiri shalat jum’at dan beberapa pertemuan yang
dihadiri umat islam. Sesungguhnya RasuluLlah SAW menyukai wewangian dan
memperbanyakkannya bahkan sesungguhnya RasuluLlah SAW sendiri tubuh beliau
telah wangi dengan sendirinya meski tanpa menggunakan wewangian hingga sebagian
para sahabat mengumpulkan tetesan keringat beliau dan menggunakannya sebagai
wewangian. Dan disunahkan bagi orang laki-laki menggunakan minyak wangi yang
tajam baunya akan tetapi samar warnanya. Sebaliknya bagi orang perempuan
disunahkan menggunakan minyak wangi yang samar bahunya dan jelas warnanya.
Dan wajib bagi kamu
menjaga diri dari najis secara keseluruhan. Apabila ada najis mengenai dirimu
maka segera bersihkan karena najis itu dapat menghalangimu dari Allah SWT,
bukankan Allah telah melarang mengenakan pakaian yang terkena najis untuk
mengerjakan shalat maupun membaca Al-Qur’an
FASAL 14
Dan
telah datang penjelasan bahwasanya Malaikat tidak akan pernah memasuki suatu
rumah yang di dalamnya terdapat orang yang berjunub. Apabila malaikat
telah pergi, maka akan datanglah syaithan dari segala penjuru. Oleh karena itu
takutlah kamu jika engkau makan atau tidur dalam keadaan junub sehingga
engkau akan mengalami bahaya disebabkan hal yang demikian itu. Apabila engkau
tidak mampu untuk melakukan mandi jinabat seketika, maka berusahalah
agar engkau dapat mencuci farji dan berwudhu’. Dan wajib bagi kamu untuk
selalu memperbaharui wudhu’ pada setiap mengerjakan shalat fardhu, dan
berusahalah agar engkau selalu dalam kondisi bersuci (menanggung wudhu) dan
bersegeralah perbaharui wudhu apabila engkau berhadats karena sesungguhnya wudhu’
adalah senjata orang Mukmin. Dan manakalah senjata selalu berada di tangan,
maka musuh pastilah akan selalu menjauh darimu. Dan sungguh telah datang
seseorang menghadap kepada Syaikh Abi Al-Hasan Asy-Syadzily RA untuk
mengajarinya ilmu kimia, maka Syaikh memerintahnya untuk
mendampingi beliau selama satu tahun dengan syarat selalu memperbaharui wudhu
apabila berhadats, kemudian mengerjakan shalat dua reka’at. Maka Syaikh akan
mengajarinya ilmu kimia setelah itu. Maka setelah sempurna satu tahun,
pergilah lelaki tersebut ke sebuah sumur dengan maksud hendak mengambil air
minum dari sumur itu, dan secara tiba-tiba dipenuhilah timba itu dengan emas
dan perak. Maka dibuanglah kembali emas dan perak itu ke dalam sumur karena zuhudnya
daripada emas dan perak tadi. Maka kembalilah lelaki tersebut menghadap Syaikh
Abi Al-Hasan Asy-Syadzily RA dan menceritakan apa yang telah terjadi. Maka
berkatalah Syaikh kepada orang itu, “Sekarang engkau telah menjadi seorang ahli
kimia. Dan Syaikh memerintahkannya ntuk menyeru manusia ke jalan Allah.
Dan
wajib bagi kamu untuk mengerjakan shalat dua rekaat setelah berwudhu’ dan jika
engkau tidak mampu untuk melanggengkan bersuci maka berusahalah engkau tidak
meninggalkan wudhu ketika engkau duduk di dalam masjid, dan ketika membaca
Al-Qur’an, dan ketika mengkaji ilmu agama, dan ketika duduk untuk berdzikir dan
lain sebagainya dari beberapa amalan ibadah. Dan apabila engkau mengerjakan
wudhu atau mandi jinabat maka takutlah engkau dengan hanya mengerjakan
fardhunya sahaja, akan tetapi sebaiknya engkau juga harus menjaga sunah-sunahnya
pula.
Dan
sebaiknya bagi kamu untuk mandi pada sebagian waktu dengan niat membersihkan
diri meskipun engkau tidak dalam keadaan jinabat. Dan telah pula datang
penjelasan tentang mandi teesebut seperti mandi pada hari Jum’ah maka menjadi
suatu keharusan bagi kamu untuk melaksanakannya. Demikian pula pada waktu-waktu
yang lain . dan apabila telah selesai melaksanakan wudhu’ demikian pula mandi,
maka ucapkanlah “Asy hadu An-Laa Ilaaha IllaLlaah wahdaHu Laa Syariika laHu,
wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘AbduHu wa RasuuluH.
Dan
wajib pula bagi kamu untuk selalu menjaga tatakrama sebagaimana yang termaktub
di dalam As-Sunnah baik secara lahir maupun bathin demikian pula dalam
kebiasaan sehari-hari maupun ketika melaksanakan ibadah, dengandemikian maka
akan sempurnalah Mutaba’ah dan sempurna pula bagimu dalam mengikuti
jejak RasuluLlah SAW yaitu Rasul Yang penuh rahmah dan Nabi yang
membawa petunjuk ke jalan yang lurus. Jika engkau menginginkan termasuk menjadi
golongan Ash-Shiddiqiin, maka janganlah engkau melakukan sesuatu baik
itu merupakan amal kebiasaan sehari-hari terlebih lagi suatu amalan ibadah
kecuali engkau mengetahui dan melihat adakah RasuluLlah SAW, juga para sahabat
RA sama ada melakukan hal yang demikian atau tidak. Apabila engkau tidak
mendapati Mereka melakukan hal yang demikian, maka tahanlah dirimu untuk tidak
mengerjakannya meskipun perbuatan tersebut termasuk sesuatu yang mubah
karena sesungguhnya mereka tidak memasuki amalan tersebut melainkan telah
datang khabar / ilmu kepada mereka dalam hal meninggalkan amalan
tersebut. Dan apabila engkau mengetahui bahwa mereka mengerjakan / memasuki
sebuah amal perbuatan, maka yang pertama ketahuilah bagaimana tata cara mereka
mengerjakan amalan tersebut
Dan ketehuilah barang
siapa yang menjaga kebiasaan sehari-hari dengan adab / tata krama yang
diajarkan Nabi SAW, maka Allah akan menjaga dirinya daik secara lahir maupun
bathinnya dihindarkan dari tabi’at dan akhlak yang tercela, dan ia akan
mendapatkan kebaikan dan manfaat baik dalam hal agama maupun perkara duniawiyahnya.
Dan bagi seseorang yang menginginkan kesempurnaan dan kemerdekaan diri serta
kesucian diri dari kotoran, maka hendaklah menjadikan semua gerak dan diamnya
baik secara zahir maupun bathinnya selalu dalam kerangka undang-undang syari’ah,
mengikuti isyarah syar’i dan akal. Dan tercelalah suatu kebiasaan
bagi orang-orang saleh adalah yang dimaksud sebagai ketundukan dalam hal
mengikuti syahwat dan hawa nafsu dan menurutinya, bukannya mengikuti tuntunan syar’i
. apa yang disampaikan di atas adalah yang berkenaan dengan ‘adah /kebiasaan
sehari-hari. Adapun berkenaan dengan masalah ibadah, maka meninggalkannya
adalah suatu kekufuran yang sangat halus / tersembunyi atau kebodohan yang
nyata maka ketahuilah yang demikian ini.
Dan alangkah baik
bagi kamu agar engkau memulai semua urusanmu dengan didahului dengan menyebut
asma Allah (basmaLah). Apabila lupa dalam melafalkannya pada awwal perkara maka
bacalah ketika ingat BismiLlahi fi awwalihi wa akhirihi . Dan
usahakanlah agar tidak sekali-kali mengerjakan suatu urusan atau kebiasaan
sehari-hari melainkan dengan didasarkan pada niat yang baik. Apabila engkau
memakai pakaian, maka niatkanlah yang demikian ini dengan niat untuk menutup
auratmu dimana yang demikian ini adalah diperintahkan Allah untuk menutupinya.
Dan mulailah ketika mengenakan pakaian dengan bagian sebelah kanan dan apabila
melepaskannya maka akhirkanlah bagian sebelah kanan. Dan ucapkanlah ketika
melepas pakaian BismiLlaahilladzii laa Ilaaha illa Huwa. Dan ucapkan
ketika mengenakan pakian dengan do’a Alhamdu liLlaahilladii kasaanii hadzaa
warazaqaniihi min ghairi chaulin minny.
Dan wajib bagi kamu
untuk tidak berkata-kata kecuali tentang sesuatu yang baik. Dan setiap
perkataan yang tidak layak engkau ucapkan. Maka mendengarkannyapun haram
bagimu. Dan apabila engkau berkata-kata, maka tartilkanlah ucapanmu dan
janganlah engkau memutus perkataan seseorang kecuali apa yang mereka katakana
adalah sesuatu yang dimurkai Allah seperti ghaibah. Apabila seseorang
berkata kepadamu atau meriwayatkan suatu kisah atau cerita kepadamu padahal apa
yang diceritakan itu menurut kamu tidak benar, maka kamu berkata kepadanya
“Tidak benar apa yang engkau katakana” akan tetapi katakanlah “sesungguhnya yang
benar adalah demikian……..
Dan takutlah kamu
untuk berlebih-lebihan dalam mengatakan sesuatu yang tidak penting dan tidak
begitu engkau fahami kebenarannya demikian pulan benyaknya sumpah atas nama
Allah. Dan janganlah sekali-kali bersumpah atas nama Allah kecuali dalam hal
yang benar dan sangat dibutuhkan sumpah itu. Dan takutlah eungkau akan dusta /
bohong dalam segala hal karena yang demikian ini dapat mengurangi iman.
Dan takutlah engkau
akan ghaibah / menggunjing orang lain dan namimah / mengadu domba
dan jauhilah segala perkataan yang kotor dan menahan dari ucapan yang buruk
sebagaimana engkau menahannya dari perkataan yang jelek. Dan fikirkanlah
tentang apa yang engkau ucapkan sebelum engkau melafalkannya. Apabila suatu
kebaikan, maka ucapkanlah dan apabila kejelekan maka diamlah. Sebagaimana sabda
baginda Nabi SAW “semua kalam bani Adam adalah baginya bukan untuknya, kecuali
dzikir kepada allah atau amar ma’ruf nahi munkar”. Dan telah bersabda
RasuluLlah SAW, “Allah Ta’ala mengasihi seseorang yang mengucapkan kebajikan
maka menguntungkannya, atau diam dari perkataan buruk maka menyelamatkannya”.
Dan takutlah kamu
agar tidak sekali-kali melangkahkan kaki kecuali untuk kebaikan atau untuk
suatu keperluan / hahjat. Dan apabila engkau berjalan , maka janganlah
tergesa-gesa dan janganlah engkau sombong dan membusungkan dada ketika berjalan
maka engkau akan jatuh dari pandangan belas-kasih Allah. Dan janganlah
engkau benci jika ada orang berjalan di depanmu, demikian pula engkau merasa
senang kalu orang berjalan di belakangmu karena yang demikian ini termasuk
akhlak orang-orang yang takabur. Dan jangan banyak menoleh sedang engkau dalam
keadaan berjalan dan janganlah engkau menghentikan langkahmu hanya karena agar
mendapatkan keutamaan dari orang untukmu. Karena sesungguhnya Nabi SAW apabila
berjalan seakan tampak seperti turun dari tempat yang tinggi dan apabila beliau
diundang dari belakang maka beliau berhenti dan tidak menoleh.
Dan wajib bagi kamu
ketika duduk, untuk menjaga auratmu. Dan duduklah menghadap ke arah kiblat
dalam keadaan khusyu’ dan janganlah engkau memperbanyak gerakan ataupun berdiri
dari tempat dudukmu. Dan janganlah engkau memperbanyak bersin atau menguap di
hadapan orang banyak. Dan apabila engkau terpaksa menguap maka letakkanlah
tangan kirimu di depan mulutmu. Dan janganlah engkau memperbanyak tertawa
karena yang demikian ini dapat mematikan hati. Dan jika engkau mampu menjadikan
tertawamu itu sebagai senyuman maka lakukanlah. Dan janganlah engkau berdiri
dari tempat dudukmu hingga engkau mengucapkan SubhanaKallahumma wabihamdika
asyhadu allaa Ilaaha illa Anta astaghfiruKa wa atuubu ilaiK. Dan
sesungguhnya telah datang penjelasan yang mengatakan bahwa barang siapa yang
melakukan hal yang demikian maka Allah akan mengampuni dosa dalam majlis
tertsebut. Dan apabila engkau hendak pergi tidur, maka berbaringlah pada
punggungmu sebelah kanan menghadap kiblat dalam keadaan bertaubat atas segala
dosa seraya berkeinginan untuk mendirikan shalat malam dengan berdo’a BismiKaLlaahumma
Rabby wadha’tu janby wa biismiKa arfa’ahu faghfirly dzunuuby. Allahumma fanny
‘adzaabaka yauma Tajma’u ‘ibaadaKa (3X), AstaghfiruLlaahal ‘Adziim
Alladzii laa Ilaaha Illa Huwal Hayyul Qayyumu wa atuubu ilaiH (3X), dan ucapkan
SubhanaLlah (33X), dan demikian pula alhamduliLlah, dan Allahu akbar (34X).
dan bagi orang yang hendak tidur ada beberapa dzikir selain yang tersebut tadi,
maka janganlah lupa (berdzikir)/ mengingat Allah. Dan janganlah
sekali-kali engkau tidur kecuali dalam keadaan suci (dari hadast dan najis) dan
biarlah tidur menghampirimu sedangkan engkau dalam keadaan berdzikir kepada
Allah Ta’ala. Dan janganlah engkau mempergunakan tempat tidur yang nyaman
karena yang demikian akan menyebabkan engkau nyenyak dan banyak tertidur dan
meninggalkan bangun shalat malam. Maka akan besarlah penyesalanmu dan
kerugianmu manakala engkau mengetahui apa yang dijanjikan Allah bagi orang yang
mendirikan shalat malam. Sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Kelak pada
hari kiyamat manusia akan dikumpulkan pada satu tempat maka diserukan, ‘Dimana
orang-orang yang jauh punggungnya dari tempat tidurnya hingga ia mendirikan
shalat malam, dan sedikit sekali mereka itu. Maka mereka masuk surga tanpa
hisab’”.
Dan telah bersabda
RasuluLlah SAW, “Telah berkata Ummu Sulaiman (Ibu dari Nabi Sulaiman
bin Daud AS) ‘Wahai anakku, janganlah engkau memperbanyak tidur di malam hari
karena barang siapa yang banyak tidur di malam hari maka kelak di hari
kiyamatia akan datang dalam keadaan faqir. Dan telah berkata Imam Ghazali
RA, “Ketahuilah sesungguhnya siang dan malam terbagi dalam 24 jam. Maka jangan
sampai tidurmu melebihi dari 8 jam, karena jika umurmu mencapai 60 tahun
niscaya engkau telah menyia-nyiakan waktu selama 20 tahun yaitu 1/3 nya. Dan
apabila engkau berkeinginan untuk tidur, maka berusahalah agar engkau berbaring
pada punggung sebelah kananmu dalam keadaan menghadap kiblat dan berusahalah
untuk tidak membelakanginya. Akan tetapi apabila tidurmu engkau maksudkan hanya
untuk beristirahat dan bukannya tidur sungguhan, maka tidak mengapa / bolehlah
engkau berbaring dengan punggung sebelah kiri pada waktu qaelulah (tidur
siang sebentar untuk memulihkan tenaga), dengan maksud agar nanti malam menjadi
kuat untuk melaksanakan shalat malam. Dan takutlah engkau untuk tidur setelah
shalat subuh karena yang demikian dapat menyebabkan kefaqiran dan
demikian pula tidur setelah waktu ashar karena dapat menyebabkan junun /
gila. Apabila dalam tidurmu engkau melihat / bermimpi dengan sesuatu yang
membahagiakanmu, maka pujilah Tuhanmu.dan apabila engkau bermimpi tentang
sesuatu yang menggelisahkan/menyusahkanmu, maka memohonlah perlindungan kepada
Allah serta robahlah posisi tidurmu pada sebelah punggung yang lain, dan
janganlah engkau ceritakan mimpi itu kepada seseorang, karena mimpi itu tidaklah
akan membahayakanmu. Dan apabila ada seseorang menceritakan mimpinya kepadamu,
maka janganlah engkau menta’wil mimpi itu hingga orang itu
sendiri yang memintanya, atau orang itu memberikan ijin kepadamu untuk
menta’wilkan mimpi itu.
Dan apabila engkau
makan atau minum maka awalilah dengan basmaLlah diakhiri dengan alhamduliLlah.
Makan dan minumlah dengan menggunakan tangan kanan. Dan apabila dihidangkan
makanan di hadapanmu maka ucapkanlah doa “Allahumma baarik lanaa fiimaa
razaqtanaa wa ath’amanaa khairan minhu.” Kecuali apabila dihidangkan susu
maka ucapkanlah wazidnaa minhu. Karena sesungguhnya tiada hidangan yang
lebih baik daripada air susu.
Dan wajib bagimu
untuk mencuci tangan sebelum makan, demikian pula sesudahnya. Menyedikitkan
suapan dan mengunyahnya sampai halus. Dan janganlah engkau mengulurkan tangan
untuk mengambil makanan hingga engkau telah menelan apa yang ada di mulutmu.
Dan makanlah dari sebelah pinggir, jangan makan dari tengah-tengah hidangan.
Dan apabila ada makanan yang terjatuh, maka ambil dan bersihkanlah bahagian
yang kotor kemudian makanlah. Janganlah engkau sisakan makanan untuk syaithan.
Dan bersihkanlah (dengan mengulum) jari jemarimu sesudah engkau makan, dan
makanlah dengan jari telunjuk, jari tengah serta ibu jari. Dan apabila
memerlukan bantuan dengan jari jemari yang lain semisal kelingking maka tidak
mengapa. Apabila engkau makan bersama-sama orang lain, maka makanlah dari apa
yang paling dekat darimu, dan janganlah engkau banyak menoleh / memandang
kepada orang lain yang hadir dan janganlah berbicara dengan mereka selagi makan
kecuali yang sesuai dan mendukung suasana saat itu. Janganlah engkau
bercakap-cakap sedangkan di dalam mulutmu masih dipenuhi makanan. Apabila
selesai makan maka ucapkanlah do’a “AlhamduliLlah, Allahumma kamaa
ath’amTany thayyiban ista’milny shaalihan. AlhamduliLlahilladzii ath’amany
hadza tha’aam, warazaqaniihi min ghairi haulin minny walaa quwwatin. Barang
siapa yang berbuat demikian maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat
dan yang akan datang.
—dan janganlah
keinginanmu pada makanan hanya untuk mendapatkan kelezatan dan memenuhhi
syahwat semata karena yang demikian akan seperti orang yang disabdakan oleh
RasuluLlah SAW, “Seburuk-buruk umatku adalah mereka yang sarapan dengan hal-hal
yang nikmat, dari makanan ini jasadnya tumbuh akan tetapi himmah atau hasratnya
hanyalah kepada beraneka macam makanan dan bermacam-macam pakaian.”
Sayyidina Ali
KarramaLlahu Wajhah berkata, “Barang siapa yang hasratnya hanya sebatas apa
yang masuk ke dalam mulutnya, maka bagiannya adalah sebatas apa yang keluar
dari dirinya (kotoran)”
Maka berusahalah
dengan sungguh-sungguh agar tidak sekali-kali masuk ke dalam perutmu kecuali
sesuatu yang halal, karene barang siapa yang memakan sesuatu yang halal selama
40 hari, maka akan bersinarlah hatinya dan akan mengalir dari hatinya beberapa
mata air hikmah melalui lisannya. Dan Allah akan memuliakannya dengan zuhud
terhadap dunia, dan akan sucilah sirrinya, dan akan menjadi bagus muammalahnya
terhadap Tuhannya. Dan barang siapa yang makan sesuatu yang haram dan syubhat,
maka kebalikannyalah yang ia dapatkan. Dan takutlah dirimu dalam memperbanyak
makan dan bersangatan dalam kekenyangan karena sesungguhnya meskipun makanan
tersebut dari barang yang halal maka hal itu merupakan permulaan dari
keburukan. Dan termasuk bahaya perut kenyang adalah mengerasnya hati dan
rusaknya kecerdasan dan keragu-raguan pikiran dan malas menjalankan ibadah dan
lain sebagainya dari beberapa bahaya. Dan jalan tengah (sedang) dalam hal makan
adalah jika engkau menahan diri dari makanan sedangkan engkau sangat
menginginkannya dan tidak sekali-kali mengulurkan tangan mengambil makanan
kecuali engkau sangat membutuhkannya dengan keinginan yang benar. Dan tanda
dari keinginan yang benar adalah jika engkau merasa ingin terhadap semua jenis
makanan (tanpa membeda-bedakannya).
Dan berkasih
sayinglah terhadap keluargamu dan apaibla engkau menghendaki hendak menggauli
isterimu maka bacalah ayat WaHuwaLladzii khalaqa minal maa’I basyaran
…Al-ayat . dan yang lebih utama dari kamu apabila kamu mahu menikah. Dan
boleh saja meninggalkannya (tidak menikah) apabila dirasa hal itu lebih membawa
keselamatan bagi agamanya dan lebih beik bagi hatinya dan lebih menyatukan
fikirannya. Dan dimakruhkan dengan sangat bagi orang yang tidak menikah jiak ia
memikirkan hal ihwal tentang wanita yang membawa hati dan fikiran untuk condong
kepadanya (wanita). Dan bagi orang yang dicoba dengan hal yang demikian
sedangkan ia tidak mampu menahannya, maka wajib baginya melakukan puasa karena
sesungguhnya puasa adapt menghancurkan syahwat.
Dan apabila engkau
berniat untuk masuk ke kamar mandi untuk keperluan buang air besar maupun
kecil, maka kenakanlah alas kakimu dan tutuplah kepalamu dan dahulukan kaki
kirimu ketiak masuk dan dahulukan kaki kanan ketika keluar. Dan ucapkan ketika
memasuki kamar mandi BismiLlah Allahumma inny a’udzubika minal khubutsi wal
khabaaits. Dan ketika keluar mengucapkan Ghufraanaka
AlhamduliLlahilladzii adzhaba ‘annyl adza wa’afany. Dan janganlah engkau
berdzikir kepada Allah dalam keadaan yang demikian kecuali hanya di dalam hati.
Dan janganlah engkau membawa sesuatu yang padanya tertulis asma Nya yang
demikian ini dikarenakan mengagungkanNya. Dan janganlah engkau bercakap-cakap
kecuali terpaksa (darurat). Dan janganlah engkau angkat pakaianmu kecuali
sebatas engkau takut akan terkena najis padanya dan tutuplah sekiranya orang
tidak dapat melihatmu dan berusahalah menjauh sekira orang tidak memndengarmu
atau mencium bau kotoran, dan janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya
ketika buang hajat. Dan janganlah engkau buang hajat pada air yang menggenang
meskipun volumenya banyak kecuali karena terpaksa dan tidak pula buang air ke
dalam tanah berlubang dan tempat bertiupnya angin (sehingga bahunya mengganggu
orang lain). Semua itu adalah kehati-hatian dalam buang air di mana kebanyakan
adzab kubur adalah disebabkan olehnya. Dan apabila engkau bersin maka jagalah
suaramu dan tutuplah mulutmu dan ucapkanlah AlhamduliLlahi Rabbil Alamiin
Dan suatu keharusan
bagimu untuk menutupi tempat makanan dan minuman dan menutup pintu rumah
terlebih ketika tidur dan ketika meninggalkan rumah. Dan janganlah sekali-kali
engkau tidur sehingga telah mematikan semua api di dalam rumah dari lampu, dan
lain-lain. Dan apabila di pagi hari engkau dapati tempat air dan makan minum
telah terbuka terbuka maka janganlah engkau meminum air yang berada di dalamnya
dan janganlah engkau pergunakan air itu selain untuk keperluan membersihkan
najis karena air tersebut suci akan tetapi dalam penggunaannya mengandung
bahaya. Telah memperingatkan Syaikh Ibnu Araby dalam kitab futuhaat
“sesungguhnya dalam keadaan malam hari ada hal yang penting yaitu turunnya
beberapa penyakit. Apabila terdapat tempat makan/minum yang terbuka maka
masuklah penyakit itu. Dan karena itulah RasuluLlah SAW memerintahkan untuk
menutup tempat air dan makan minum. Dan apabila engkau tidak mendapati sesuatu
untuk menmutupi semua itu maka sebutlah asma Allah dan bertawakallah kepada
Allah sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berserah diri
FASAL 15
Dan penting bagimu
untuk berlama-lama dan memperbanyak duduk di dalam masjid dengan niat i’tikaf.
Karena sesungguhnya masjid adalah rumah Allah dan sebaik-baik tempat yang
dicintai Allah. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Masjid adalah rumah bagi setiap
orang yang bertaqwa”. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Jika engkau melihat
seseorang memakmurkan masjid, maka saksikanlah bahwa ia adalah orang beriman”.
Dan telah berfirman Allah SAW, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid adalah
orang – orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir”. RasuluLlah SAW telah
menjanjikan tujuh golongan yang Allah akan memberikan naungan dari ‘ary-Nya
kelak di hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah maka
salah satu diantara mereka adalah seseorang yang hatinya bergantung kepada
masjid. Akan tetapi wajib bagimu ketika engkau duduk-duduk di dalam masjid maka
jagalah etika dan tatakrama dan cegahlah diri dari memperbanyak pembicaraan (fudhuulil
kalaam), terlebih lagi pembicaraan hal haram.
Dan apabila engkau
jumpai di dalam masjid suatu pembicaraan tentang urusan dunia, maka suruhlah
keluar dari masjid. Dan janganlah engkau sibukkan dirimu di dalam masjid
kecuali dalam urusan ibadah semata. Karena sesungguhnya masjid tidak
didirikan kecuali hanya untuk ibadah kepada Allah di dalamnya. Dan apabila
engkau memasuki masjid maka dahulukanlah kakimu yang sebelah kanan dan
ucapkanlah BismiLlah washalaatu ‘ala RasuliLlah. Allahummagh firly dzunuuby
waftahly abwaaba rahmatiKa. Dan janganlah sekali-kali engkau duduk sehingga
engkau telah melakukan shalat dua reka’at. Jika tidak memungkinkan melaksanakan
shalat, maka ucapkanlah do’a SubhanaLlahi wal hamdu liLlah wa laa ilaaha
illaLlah waLlahu Akbar 4 (empat) kali. Dan apabila engkau keluar dari
masjid, maka dahulukanlah kakimu yang kiri dan ucapkanlah do’a seperti ketika
memasuki masjid akan tetapi pada kalimat abwaaba rahmatiKa diganti
dengan abwaaba fadhliKa. Dan tambahlah kalimat A’udzu bilLahi
minasyaithanirrajiim wa junuudihi.
Dan apabila engkau
mendengar suara mu’adzin maka tirukanlah seperti apa yang di ucapkan
mu’adzin kecuali pada dua buah kalimat hayya maka jawablah dengan
kalimat la haula walaa quwwata illa bilLah. Dan jawablah pada kalimat ashalaatu
khairun minannaum pada adzan subuh dengan jawaban shadaqta wa bararta.
Dan apabila engkau selesai menjawab panggilan adzan, maka lanjutkanlah dengan
membaca shalawat kepada Nabi SAW kemudian ucapkanlah kalimat Allahumma
Rabby hadzihidda’watittaammah washalaatil qaaimah aati Muhammadal washiilah wal
fadhiilah wab’atshu maqaamam mahmuuda’lladzii wa’adTaH. Dan perbanyaklah
berdo’a antara adzan dan iqamah sebagaimana sabda Nabi SAW ”Do’a diantara
dua adzanadalah tidak ditolak . dan termasuk do’a yang dibaca pada saat
yang demikian adalah Allahumma inny as alukal ‘afiyah fiddunya wal aakhirah.
Dan sungguhntelah datang penjelasan di dalam sunnah tentang do’a tersebut
pada waktu-yang lain. Maka penting bagimu dengan do’a ini karena sesungguhnya
do’a tersebut termasuk kumpulan / intisari do’a dan lebih utama.
FASAL 16
Dan suatu keharusan
bagimu untuk bersegera mempersiapkan diri untuk mengerjakan shalat pada awal
waktu sekiranya muadzin belum mengumandangkan adzan pada tiap-tiap shalat
fardhu melainkan engkau sudah dalam keadaan berwudhu dan engkau telah hadir di
masjid. Jika engkau tidak dapat mengerjakan yang demikian, maka janganlah
kurang dari pada mempersiapkan diri ketika mendengar suara adzan. Dan sungguh
telah bersabda Nabi SAW, “Keutamaan awwal waktu dibanding dengan akhir waktu
seperti keutamaan akhirat atas dunia”. Dan bersabda Nabi SAW, “Awwal waktu
adalah keridhaan Allah, dan akhir waktu adalah ampunan-Allah” .
Dan wajib bagimu
untuk selalu menjaga sunnah ratibiyah dimana syar’i telah mengajarimu (untuk
melakukannya) sebelum maktubah dan sesudahnya dan takutlah engkau
bermalas-malasan dengan meninggalkannya. Dan manakala engkau tertinggal
(sehingga tidak sempat melaksanakan), maka hendaklah engkau bersegera
mengqadha. Dan wajib bagimu untuk bersikap khusyu’ di dalam shalatmu dan dengan
hati yang hadir kepada Tuhan dan bagusnya sikap ketika berdiri dan tartil dalam
bacaan dan menyempurnakan ruku’ dan sujud dan rukun yang lain-lain dan menjaga
sunah-sunahnya dan beretika / tata krama sebagaimana diterangkan dalam syari’at
dan menjaga diri dari sesuatu yang mengurangi kesempurnaan shalat. Maka
sesungguhnya engkau apabila dapat melakukan hal yang demikian maka hakikat
shalat akan keluar dari tubuhmu dalam keadaan putih bersinar dan ia berkata,
“Semoga Allah menjagamu sebagaimana engkau menjagaku”. Akan tetapi apabila
tidak, maka ahkikat shalat akan keluar dari tubuhmu dalam keadaan hitam legam
seraya berkata, “semoga Allah menyia-nyiakan kamu sebagaimana engkau telah
menyia-nyiakanku”.
Talah bersabda SAW,
“tiadalah bagi seseorang dalam shalatnya melainkan sebatas apa yang ia pikirkan
di dalam shalat”. Dan telah berkata Hasan Al-Bashri rahimahuLlah, “Setiap
shalat yang tidak disertai hadirnya hati, maka uqubah (siksanya) lebih cepat,
dan syaitan sangat menginginkan jika seseorang sibuk memikirkan dunia ketika di
dalam shalat, hingga terbuka dalam pikirannya ketika berdiri mengerjakan shalat
tentang beberapa kebutuhan hidupnya dan teringat beberapa perkara yang
menyusahkan hatinya tentang urusan dunia, padahal yang demikian ini tidak
pernah terpikirkan ketika sebelum berdiri mengerjakan shalat. Hal yang demikian
inilah yang menyibukkan hati dari mengingat /berdzikir kepada Allah dan hadir
di hadapannya oleh karena itu para ulama mensyari’atkan untuk membaca Qul
a’udzu biRabbinnas dengan niat untuk menjaga diri dari kejahatan syaitan yang
di rajam”.
Dan sebaiknya tidak
terus-menerus hanya membaca satu surah tertentu setelah membaca Al-Fatihah
kecuali surah-surah yang telah dijelaskan keistimewaannya oleh syara’
seperti Alif laam miim sajdah, dan ayat hal ataa ilal insaan (dalam shalat
subuh hari jum’at) dan jagalah engkau untuk membaca surah yang ringkas seperti
al-kaafiruun, al-ikhlas, dan mu’awwidzatain ketika engkau menjadi imam.
Sebagaimana riwayat bahwasanya sahabat Mu’adz bin Jabal mengimami suatu kaum
dengan bacaan surah yang sangat panjang. Akhirnya salah seorang dari mereka
mengadu kepada Nabi SAW sehingga Nabi SAW menegur sahabat Muadz RadhiyaLlahu
‘an
FASAL 17
Dan wajib bagimu
apabila engkau melakukan shalat di belakang imam, untuk memperbaiki dan
memperbagus mutaba’ah (mengikuti) imam. Karena sesungguhnya dijadikan
imam adalah untuk dita’ati dan diikuti. Dan takutlah engkau dengan
mengiringinya dalam segala sesuatu perbuatan imam apalagi mendahuluinya. Dan
seharusnya engkau menjadikan semua perbuatan di dalam shalat selalu mengikuti
imam. Sesungguhnya telah bersabda RasuluLlah SAW bahwa orang yang menunduk
maupun mengangkat dirinya sebelum imam sesungguhnya ubun-ubun / kepala
orang tersebut berada di tangan setan. Dan wajib bagi kamu untuk
bersegera menempati shaf awal dan takutlah engkau mengakhirkannya sedangkan
engkau mampu melakukannya. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Tiada
henti-henti suatu kaum mengakhirkan (dari shaf awwal) hingga Allah
mengakhirkannya” (dari keutamaan dan rahmat) nya.
Telah bersabda
RasuluLlah SAW “Sesungguhnya Allah Ta’ala bershalawat / memberikan
rahmatnya kepada shaf y yang paling depan”. Dan sesungguhnya RasuluLlah
SAW memintakan ampun bagi shaw awwal sebanyak tiga kali dan shaf ke
dua satu kali. Dan bagimu memperhatikan shaf dan meluruskannya . dan apabila
engkau menjadi imam maka memerintahkan meluruskan shaf adalah sesuatu yang
diharuskan dan ini adalah perkara yang penting di dalam syari’at islam akan
tetapi kebanyakan menusia lalai darinya. Dan sungguh RasuluLlah SAW
bersungguh-sungguh dalam hal ini mengaplikasikannya seraya bersabda, “Hendaklah
engkau sekalian meluruskan shafmu, atau semoga Allah mempersatukan di antara
hatimu” dan beliau memerintahkan untuk menutup shaf yang berlubang
dan beliau berkata, “Demi Dzat yang diriku berada di tanganNya sesungguhnya aku
melihat setan masuk di sela-sela shaf seakan-akan ia seperti Al-Khadzf (seekor
kambing kecil.”
Dan wajib bagimu
untuk menjaga shalat lima waktu dengan berjama’ah dan terus menerus demikian
karena sesungguhnya shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan
27 derajad sebagaimana diterangkan dalam hadist shahih. Dan takutlah engkau
meninggalkan shalat berjama’ah tanpa udzur atau dengan alasan yang
tidak baik / merusak. Dan ketika engkau mendatangi tempat jama’ah sedangkan
engkau telah mendapati dirimu dalam keadaan telah melakukan shalat di dalam
rumahmu atau engkau duduk di dalam rumahmu untuk berdzikir demi keselamatan
agamamu maka sebaiknya engkaupun mengikuti orang yang melakukan shalat jama’ah
agar engkau mendapatkan pahala berjama’ah dan engkau selamat dari ancaman bagi
orang yang meninggalkannya. Seperti sabda RasuluLlah SAW bolehlah memilih suatu
kaum antara mencegah kaum dari shalat jama’ah atau dibakar rumah mereka. Dan
sebagaimana pula sabda RasuluLlah SAW, “Barang siapa yang mendengar seruan
adzan dan tidak menjawab (dengan shalat berjama’ah) maka tiadalah shalat
baginya”. Dan perkataan sahabat Ibnu Abbas RA, “Sungguh engkau telah melihat kami
dan apa yang tertinggal dibelakang (yakni tertinggal dalam shalat berjama’ah)
melainkan mereka itu munafik .
Dan telah berlaku
pada zaman RasuluLlah SAW tentang perbedaan antara dua orang yang mendapatkan
hidayah yaitu dengan bagaimana sikapnya dalam berdiri di shaf ketika
berjama’ah. Dan manakala hal ini sangat penting dalam masalah meninggalkan
shalat berjama’ah, maka bagaimana pula keadaan orang yang meninggalkan shalat Jum’ah
di mana shalat ini merupakan shalat fardhu. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW ,
“Barang siapa yang meninggalkan 3 kali shalat jum’ah karena meremehkannya, maka
Allah akan menutup hatinya .
Apabila engkau
memiliki udzur sehingga meninggalkan jum’ah atau jama’ah
maka bandingkanlah seandainya di tempat engkau tinggal terdapat orang yang
membagi-bagikan uang kepada orang yang hadir kemudian engkau memutuskan untuk
mendatangi dan berkeinginan mendapatkan bagian sehingga meninggalkan jama’ah
atau jum’ah , maka udzur mu yang demikian ini adalah udzur yang
tidak benar. Dan merasa malulah kepada Allah SWT apabila hasratmu kepada dunia
lebih besar dari pada apa yang ada di sisi Allah. dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya udzur yang benar adalah apabila kesempatan untuk berjama’ah
memang benar-benar telah hilang setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh.
Adapun pahala, maka tidak akan dihasilkan kecuali dengan melaksanakannya.
Benar, bahwa pahala dapat dihasilkan bagi orang yang udzur dilihat dari
beberapa segi, seperti orang yang udzur shalat berjama’ah karena menghalau
musuh dll. Atau ia tidak memiliki udzur untuk hadlir dalam shalat jama’ah
akan tetapi ia berkepentingan untuk orang islam lain yang mengalami penderitaan
yang berat seperti orang yang menolong kaum muslimin yang kelaparan atau
menderita sakit keras dll, maka orang yang demikian akan mendapatkan pahala
berjama’ah.
Kemudian,
sesungguhnya orang mukmin yang sempurna tidak menghendaki akan meninggalkan
sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada allah SWT. Meskipun dalam
meninggalkannya ia memiliki 1000 udzur bahkan seandainya ia mengetahui bahwa
meninggalkannya lebih di sukai Allah dari pada mengerjakannya . dari itulah
orang yang AhliLlah menyandang gelar kesempurnaan atas kesanggupannya
dalam mengerjakan segala sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Allah dimana
gunung-gunung tidak mampu memikulnya.
Adapun orang yang
lemah imannya dan sesikit keyakinannya dan berkurang ma’rifatnya kepada
Allah, maka tiadalah sebab yang membuat mereka meninggalkan fardhu dari Allah.
akan tetapi bagi orang yang mengerjakannya pastilah baginya beberapa derajat
dan mereka tidak akan dianiaya.
Dan wajib bagi kamu
membebani orang-orang yang berada di bawah kekuasaanmu seperti anak-anak, dan
isteri, dan hamba sahaya untuk melakukan shalat. Apabila ada penolakan dari
salah satu diantara mereka , maka wajib bagimu memberi nasihat kepada
mereka dan menakuti mereka. Apabila mereka bertambah penolakannya dalam
meninggalkan shalat maka wajib bagimu untuk memukulnya. Apabila mereka masih
tidak mahu menolak, maka wajib bagi kamu memutuskan hubungan dengannya karena
sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat adalah setan yang jauh dari rahmat
Allah dan menghadapkan pada murkaNya dan laknatnya yang dilarang berhubungan
dengannya dan diwajibkan memeranginya bagi setiap orang islam. Bagaimana tidak,
sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Perjanjian antara kami dengan mereaka
adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkannya sungguh telah menyekutukan
Allah. dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Tidak ada agama bagi orang yang
tidak melakukan shalat. Dan perumpamaan shalat di dalam agama seperti perumaan
kepala pada badan”.
Dan wajib bagi kamu
meluangkan waktu dari segala kesibukan duniawi pada hari jum’ah dan jadikanlah
hari yang mulia ini murni untuk kegiatan akhiratmu. Maka janganlah engkau
memiliki kesibukan pada hari ini melainkan hanya sesuatu amal kebaikan dan
hanya menghadap kehadirat Ilahi dan memperbagus muraqabah (mengintip)
akan sa’at Ijabah yaitu satu saat pada hari jum’ah dimana tiada berjumpa
dengannya seorang muslim dan ia meminta kebaikan kepada Allah atau memohon
perlindungan kepadaNya melainkan di ijabah /dikabulkan baginya.
Dan wajib bagimu
sibuk dengan bukuur (amal kabaikan/dzikir/shalawat dll) hingga waktu
shalat jum’ah dan mendekati mimbar dan diam ketika khutbah dibacakan dan jangan
sibukkan diri (ketika khutbah) dengan berdzikir atau tafakur terlebih
bertafakur tentang sesuatu gurauan, demikian pula takutlah pada saat demikian
terhadap hadiitsunnafsi dan sadarilah bahwa engkaulah yang dimaksud pada
setiap apa yang engkau dengarkan dari beberapa nasihat dan wasiyat. Dan bacalah
ketika selesai mengucapkan salam sedangkan engkau belum mengucapkan sepatah
katapun bacaan fatihah, Al-Ikhlash, Mu’awwidzatain masing-masing 7 kali
dan bacalah juga setelah selesai shalat (SubhanaLlahil ‘Adziim wabihamdih
100 X) maka di dalam hadits telah diterangkan akan fadhilah semua ini ..wabiLlahi
Taufik
FASAL 18
Dan wajib bagi kamu
jika kamu memiliki harta yang harus dibeikan zakat maka keluarkanlah zakat itu.
Karena yang demikian ini akan memperbaiki hatimu, dengan maksud dalam
mengeluarkan zakat teresebut adalah karena Allah,dan menyegerakan
pengeluaran itu tanpa menunda pelaksanaannya. Jika kamu dapat melaksanakan hal
ini maka akan tampak barakah dari hartamu dan akan berlipat ganda bagimu
kebaikan dan jadilah hartamu terpelihara dari segala mara bahaya. Dan
wajib bagi kamu mengumpulkan harta hingga sampai nisab kemudian mengeluarkan
zakatnya dan jauhilah perilaku kebanyakan anak dunia karena diantara
mereka ada yang tidak menyempurnakan hartanya (hingga nisab) sehingga mereka
tidak mengeluarkan zakat. Dan janganlah kamu memakan hasil buah-buahan dan
tanaman kamu yang telah mencapai nishab hingga engkau mengetahui dengan
pasti jumlahnya (yang wajib engkau zakati). Dan ketahuilah sesungguhnya orang
yang berkewajiban mengeluarkan zakat kemudian ia tidak memberikan kepada yang
berhak padahal ia mengetahui, atau ia menggunakan harta itu untuk kesenangan
hawa nafsu, seperti orang yang memberikannya kepada orang lain untuk
mendapatkan keuntungan yang segera, maka tiada sekali-kali ia keluar dari dunia
(meninggal) melainkan ia akan disiksa dengan hartanya itu. Dan sesungguhnya
adzab akhirat itu lebih besar seandainya mereka mengetahui. Jika yang demikian
ini keadaan orang yang mengeluarkan zakat tidak pada tempatnya, maka bagaimana
pula keadaan orang yang yang tidak mau mengeluarkan zakat, mereka itulah
orang-orang yang telah membeli kesesatan dengan petunjuk , maka tiadalah
keuntungan bagi perniagaan mereka dan tiadalah mereka mendaparkan petunjuk. Dan
telah berulang kali datang penjelasan bahwa orang yang tidak mengeluarkan
zakat, keadaannya sama seperti orang yang meninggalkan shalat dalam hal
keburukannya. Dan telah berkata Abu Bakar, mengenai orang yang meninggalkan
zakat, beliau menamainya dengan ahlul riddah (orang yang murtad)
na’udzubiLlah min dzalik.
Dan wjib bagi kamu
mengeluarkan zakat fitri untuk dirimu dan untuk orang-orang yang menjadi
tanggunganmu dalam hal nafakah, dan yang demikian ini jika kamu mampu.
Dan wajib bagi kamu
memperbanyak sedekah, dan bersedekahlah pula kepada saudara / kerabat yang
membutuhkan, dan kepada ahlul khair yang kekurangan harta karena sedekah
yang demikian ini dapat membersihkan dirimu dan banyak pahalanya jika
diserahkan kepada mereka.
Dan wajib bagi kamu
bersedekah dengan sesuatu yang engkau cintai dan yang engkau rasa berat
mengeluarkannya agar kamu mendapat kebaikan dari Allah Ta’ala. Telah berkata
Allah Ta’ala, “Tidak akan mendapat kebaikan sehingga engkau mau menginfakkan
harta yang kamu cintai “. Dan terlebih lagi (bersedekah dengan sesuatu
yang) engkau sendiri membutuhkannya. Jika kamu dapat melaksanakan hal ini maka
kamu akan termasuk orang-orang yang beruntung. Dan terlebih lagi bersedekah
secara tersembunyi (tidak diketahui orang lain) karena sadaqatul asrar dapat
meredam amarah Tuhan dan berlipat ganda 70 kali lipat daripada sadaqah
secara terang-terangan, dan selamat dari godaan riya’ yang merusakkan
amal .
Dan jangan lewatkan
untuk bersedekah setiap hari dengan sesuatu meskipun sedikit. Dan jangan engkau
sia-sia para peminta-minta yang berdiri di depan pintu rumahmu meskipun engkau
hanya mampu memberikan sebiji kurma apa lagi yang lebih besar dari itu (kurma).
Karena sesungguhnya ia (peminta-minta) adalah hadiyah/pemberian Allah Ta’ala
untukmu. Jika engkau tidak memiliki sesuatu yang engkau berikan maka tolaklah
ia denga cara yang baik dengan tutur kata yang halus dan janji yang bagus.
Dan jika engkau
memberi sesuatu kepada orang miskin maka perlihatkanlah perasaan senang
kepadanya dan tumbuhkan kesadaran pada dirimu bahwa itu semua itu adalah suatu
keselamatan bagimu dengan diterimanya pemberianmu. Dengan demikian kamu akan
berhasil mendapatkan pahala. Bahkan jika engkau memiliki dunia dan seisinya
niscaya lebih besar dan lebih utama pahala ini. Dan telah datang penjelasan
bahwa terkadang satu suap pahalanya dihadapan Allah Ta’ala lebih besar daripada
gunung uhud.
Dan janganlah engkau
enggan (tidak mau) berzakat karena takut jatuh miskin karena sesungguhnya zakat
itulah yang akan menarik berkah kepada kekayaan . dan sesungguhnya orang yang
meninggalkan zakat itulah sesungguhnya mereka menarik dirinya kepada kefakiran.
Dan ketahuilah
sesungguhnya pada sedekah terdapat beberapa manfaat baik yang segera maupun
untuk kemudian. Adapun manfaat yang dekat adalah dapat menambah rizki dan umur
dan mencegah mati dalam keadaan buruk dan menyehatkan badan dan harta
menjadi barakah. Dan manfaat jangka panjang adalah dapat melebur dosa/kesalahan
sebagaimana air dapat memadamkan api, dan kelak dapat menjadi payung di atas
kepalanya (tempat berteduh) di hari kiyamat dan menjadi tirai penghalang dari
siksa neraka dan lain-lain manfaat. Dan tidak dapat mengambil pelajaran akan
hal ini kecuali orang-orang yang cerdas dan beruntung.
FASAL 19
Dan wajib bagi kamu
memperbanyak amal kebajikan terutama pada bulan ramadhan karena pahala ibadah sunah
pada bulan ini sebanding dengan pahala ibadah fardhu pada bulan lain.
Dan sesunggunya pada bulan ramadhan sangat banyak dan mudah untuk dihasilkan
amal kebajikan yang tidak dapat dicapai pada bulan-bulan lain. Dan tidak ada
yang dapat menyamai keutamaan bulan ramadhan. Yang demikian ini karena nafsu
yang malas melakukan kebajikan akan terpenjara disebabkan karena lapar
dan haus, dan syaitan yang menghalangi amal baik telah terbelenggu. Dan pintu
neraka tertutup, serta pintu surga terbuka. Dan Penyeru selalu memanggil
pada setiap malam atas perintah Allah, “Wahai orang yang senang kebajikan
kemarilah, dan wahai orang yang gemar akan kejahatan tinggalkanlah.” Dan
selayaknya di bulan ramadhan ktidak memanfaatkan aktifitas melainkan untuk amal
akhirat , dan tidak melakukan kegiatan duniawi kecuali karena keadaan dharurah.
Dan jadikanlah kesibukanmu mencari kehidupan dunia di luar bulan ramadhan
sebagai perantara untuk mendapatkan kelapangan beribadah di bulan ramadhan
terutama pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan dengan memperbanyak iqbal
(menghadap) kepada Allah dan menetapi ibadah kepada-Nya. Dan apabila
memungkinkan bagimu untuk tidak keluar dari masjid pada sepuluh hari terakhir
kecuali untuk keperluan yang tidak dapat ditinggalkan, maka lakukanlah.
Dan wajib bagi kamu
untuk melaksanakan shalat tarawih pada setiap malam di bulan ramadhan. Dan
telah menjadi kebiasaan pada sebagian negeri dengan meringkasnya bahkan sampai
terjadi karena sebab yang demikian (meringkas dan mempercepat shalat) sehingga
meninggalkan sebagian rukun shalat apalagi pada amalan sunahnya.
Dan telah diketahui
bersama amaliyah para ulama salaf bahwa mereka membaca al-Qur’an mulai
dari awal bulan ramadhan sampai akhir ketika shalat. Setiap malam mereka
membacanya sehingga khatam pada beberapa hari pada akhir bulan. Jika
memungkinkan bagimu untuk mengikuti jalan mereka (ulama salaf) maka
lakukanlah. Dan apabila kamu tidak mampu, maka cukupkan dengan menyempurnakan rukun
shalat dan menjaga diri untuk melaksanakannya, dan terlebih lagi pada malam
lailatul qadar yang lebih utama dan lebih baik daripada 1000 bulan.
Malam itu adalah malam barakah dimana pada saat itu diputusakkn segala
urusan. Barang siapa yang dibukakan hatinya sehingga dapat mengalami, merasakan
dan melihatnyanya, maka akan tampaklah baginya bahwa cahayanya sangatlah terang
benderang dan pintu langit terbuka, dan para malaikat terbang naik dan turun
dan terkadang dapat melihat bahwa yang wujud semuanya bersujud kepada
Allah yang menciptakannya. Dan pendapat jumhur ulama mengatakan bahwa
yang demikian ini terjadi pada 10 hari terakhir bulan ramadhan dan terutama
pada malam ganjil. Dan
telah disingkapkan pada sebagian ‘aarifiin bahwa malam tersebut jatuh
pada malam 17, demikian pendapat Imam Hasan Al Bashri RA. Dan berkata pula
sebagian ulama, bahwa malam itu terjadi pada malam pertama bulan ramadhan. Dan
menurut pendapat sebagian besar ulama bahwa malam tersebut tidaklah malam
tertentu akan tetapi berganti-ganti pada malam bulan ramadhan. Mereka
berpendapat dengan dirahasiakannya malam lailatul qadar dengan maksud agar
orang mukmin akan bersungguh-sungguh menghadap kepada Allah Ta’ala dan ta’at
kepada-Nya pada setiap malam dengan harapan akan berjumpa dengan malam yang
penuh barakah ini. Dan
wajib bagi kamu segera berbuka apabila telah diyakini tenggelamnya matahari,
dan mengakhirkan sahur selama tidak ragu – ragu. Dan hendaklah memberi makanan
untuk berbuka bagi orang yang berpuasa meskipun hanya dengan sebiji kurma atau
seteguk air karena orang yang memberi makanan kepada orang untuk berbuka puasa
pahalanya sama dengan orang yang berpuasa dan tidak dikurangi sedikitpun dari
pahala orang yang berpuasa. Dan berusahalah agar berbuka atau memberi orang
untuk berbuka melainkan dengan makanan yang halal.
Dan wajib bagi kamu menyedikitkan makan dan menikmati yang ada secara halal
tanpa memilih-milih makanan yang lezat karena maksud puasa adalah melemahkan
nafsu. Sedangkan makanan ayng enak dan lezat tidak dapat menghancurkan hawa
nafsu akan tetapi malah membuatnya kuat.
Dan wajib bagi kamu melakukan puasa pada hari-hari yang diterangkan dalam
syari’at islam dengan merasa senang untuk melakukannya seperti hari ‘arafah
bagi orang yang tidak pergi haji, dan hari ‘asyura dan tasu’a dan
7 hari pada bulan syawal dan dimulai setelah hari kedua dari hari ‘id
karena sesungguhnya yang demikian ini sangat besar faedahnya untuk memerangi
hawa nafsu. Dan suatu
kebaikan bagimu untuk berpuasa selama tiga hari pada setiap bulan, karena puasa
seperti ini sama dengan puasa satu tahun. Dan dapat dipilih pula pada ayyamul
baidh maka hal ini lebih utama dan lebih baik karena sesungguhnya
RasuluLlah SAW tidak meninggalkannya baik ketika beliau bepergian maupun di
rumah.Dan bagimu
melakukan puasa mutlak tidak terkecuali pada waktu yang utama seperti pada bulan
haram dan hari-hari yang mulia yaitu hari senin dan kamis. Dan ketahuilah
bahwa puasa adalah Quthbu Riyadhah dan asaasul mujaahadah
(Dasar/pondasi) mujahadah. Dan sungguh telah datang penjelasan bahwa puasa
adalah ½ dari sabar. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Setiap amal anak
Adam akan dilipat gandakan kebaikannya sepuluh kali sampai 700 kali lipat . berfirman
Allah Ta’ala,”Kecuali puasa, sesungguhnya ia/puasa adalah untuk-Ku dan Aku
sendiri yang akan memberinya pahala. Mereka meninggalkan syahwatnya dan
makanannya dan minumannya karena Aku”. Bagi orang yang berpuasa
akan mendapatkan dua kebahagiaan, pertama ketika berbuka dan kedua ketiak
bertemu Tuhannya. Dan bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih harum nilainya
di hadapan Allah SWT daripada minyak misk.Dialah Allah yang berfirman
dengan kebenaran dan Dia pulalah yang menunjukkan jalan yang lurus.
FASAL 20
Dan wajib bagi untuk
segera melaksanakan apa yang difardukan Allah Ta’ala kepadamu pada ibadah haji
dan umrah apabila kamu mampu untuk melaksanakannya, dan jangan sampai kamu
mengakhirkannya hingga kamu lemah/tidak mampu atau meninggal dunia sedangkan
kamu belum melaksanakan, setelah kamu sebenarnya mampu untuk melakukannya. Maka
kamu masih memiliki tanggungan karena kamu tidak melaksanakannya. Dan telah
bersabda RasuluLlah SAW, “Barang siapa yang tidak terhalang oleh hajat yang
jelas, atau terhalang karena sakit yang menahannya, atau karena disebabkan
Sulthan yang jahat, kemudian ia mati dan belum melaksanakan ibadah haji, maka
matilah ia dalam keadaan yahudi atau nasrani”. Dan harus juga kamu
melaksanakan sunah-sunah dalam ibadah haji dan umrah sebagaimana ibadah yang
lain untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Dan wajib bagi kamu
apabila kamu telah berkehendak untuk melaksanakan hajji untuk mempelajari wajib
haji dan sunah haji dan beberapa bacaan amaliahnya (dzikirnya), dan mempelajari
beberapa rukhsah dalam perjalanan dan etika dalam bermusafir. Dan
janganlah engkau bermaksud mencampurkan antara ibadah haji dengan niat
berdagang akan tetapi sepatutnya tidak mengikuti engkau sesuatupun untuk
kesenangan duniawi kecuali bekal sekedar mencukupi selama perjalanamu
Dan kalua tidak boleh
tidak engkau harus membawa bekal, maka jauhilah dari sesuatu yang merepotkanmu
atau membuatmu sibuk dari melaksanakan manasik haji dan melalaikanmu
dari meng-agungkan syi’ar Allah sebagaimana yang seharusnya dilakukan
oleh orang yang melaksanakan manasik haji.
Dan wajib bagi kamu
berziarah ke makam RasuluLlah SAW karena menziarahi beliau ketika sudah wafat
sama dengan menziarahi beliau ketika masih hidup, dan sesungguhnya beliau hidup
di dalam kuburnya, demikian pula nabi-nabi yang lain. Dan termasuk kerugian
jika engkau menziarahi BaituLlah dan meninggalkan berziarah kepada kekasih
Allah tanpa uzur. Dan ketahuilah bahwa jika engkau datang dari pelosok
negeri muslim yang sangat jauh untuk (untuk berziarah kepada RasuluLlah SAW),
maka yang demikian ini belumlah memenuhi syukurmu atas ni’mat hidayah yang
diberikan Allah Ta’ala kepadamu melalui tangan beliau SAW.
Dan wajib bagi kamu
apabila hendak melakukan urusan yang sangat penting seperti shafar (musafir)
atau menikah dan lain sebagainya, hendaklah engkau bermusyawarah dengan
orang yang ahli dalam masalah tersebut diantara saudara-saudaramu. Maka apabila
engkau telah sepakat dengan pendapat mereka, lakukanlah shalat dua rekaat
diluar shalat fardhu dengan niat istikharah dan berdoalah sesudah shalat
dengan do’a yang sudah masyhur. Sebagaimana telah bersabda RasuluLlah
SAW yang artinya, “Tidak akan merugi orang yang beristikharah, dan tidak
akan menyesal orang yang bermusyawarah”.
Dan wajib bagi kamu
apabila kamu memiliki nadzar kepada Allah dengan nadzar melakukan shalat
atau shadaqah atau amalan baik lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah
Ta’ala, maka bersegeralah melaksanakan nadzar tersebut dan jangan
berlama-lama menunda pelaksanaannya karena setan akan menggelincirkanmu untuk
tidak melaksanakan nadzar itu.
Kemudian apabila kamu
bersumpah akan mengerjakan sesuatu amal perbuatan kemudian kamu melihat bahwa
akan lebih baik jika kamu meninggalkannya, kemudian kamu melihat kembali bahwa
lebih baik mengerjakannya, maka bayarlah kafarat atas sumpah itu dan laksanakan
apa yang menurut kamu baik untuk dilakukan. Dan takutlah kamu mengadakan sumpah
atau bersaksi atas dasar persangkaan meskipun itu juga berdasarkan kebiasaan
yang terjadi apalagi hanya atas dasar sesuatu yang meragukan. Kemudian apabila
kamu bersumpah yang menyebabkan pengambilan harta orang muslim, maka
kembalikanlah harta yang telah kamu ambil dan berikan kafarat artas sumpahmu.
Adapun kafaratnya adalah memberi makanan kepada 10 orang miskin, masing-masing
satu mud , atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan budak.
Apabila kamu tidak mendapati semua itu, maka berpuasalah tiga hari.
Dan takutlah
kamu...takutlah kamu...sekali lagi takutlah kamu dengan sumpah palsu untuk
kejahatan karena sesungguhnya hal demikian akan menjerumuskan orang yang
melakukannya ke dalam neraka jahanam. Kemudian takutlah dengan sebenar-benar
takut untuk bersaksi palsu karena itu termasuk dosa besar diantara beberapa
dosa besar, dan sungguh RasuluLlah SAW telah menyamakan perbuatan itu dengan
menyekutukan Allah (syirik) kepada Allah Ta’ala. Jika menyembunyikan persaksian
itu termasuk dosa besar, maka bagaimana pendapatmu dengan orang yang bersaksi
palsu. Kita memohon kepada Allah Ta’ala kesentosaan dan keselamatan sebelum
kita mendapatkan penyesalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar