Minggu, 20 Maret 2016

TERJEMAH KITAB RISALAH AL MUAWWANAH ALHABIB ABDULLOH AL HADDAD- Fasal 4



FASAL 4

Dan wajib bagi kamu sekalian untuk memakmurkan segenap waktumu dengan berbagai macam amal ibadah sehingga tidak ada waktu yang kosong baik malam maupun siang kecuali engkau isi dengan berbagai amal kebajikan. Maka dengan demikian akan terlihatlah bagimu berkah waktumu dan akan menghasilkan faidah yang besar dari umurmu, dan kelanggenganmu dalam menghadap kepada Allah Ta’ala. Dan seyogyanya engkau jadikan waktu tersendiri untuk kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan minum dan pergi bekerja. Dan waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal hidupmu dan dengan waktumu itulah engkau mulai berniaga-untuk akhirat yang akan mengantarkanmu kepada kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan dengan Allah. Maka setiap nafas dari seluruh nafas adalah mutiara yang tidak terhitung nilainya, dan apabila telah lewat –nafas itu- maka tidak ada gantinya. Dan tidak seharusnya engkau menggunakan seluruh waktumu dengan hanya satu wirid meskipun wirid tersebut termasuk wirid yang utama. Karena yang demikian itu akan menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan bermacam-macam wirid.. karena pada setiap wirid mempunyai efek sendiri-sendiri di dalam hati. Dan mempunyai nuur dan keistimewaan tersendiri dari Allah. Dan ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid memiliki bekas yang bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan memperbaiki tingkah laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang yang dapat mencurahkan semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah pada waktu-waktu yang khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain apabila engkau sempat meninggalkannya –pada waktu yang telah ditentukan tersebut, yang demikian ini untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga amalan wirid tersebut.
Sayyidy Syaikh Abdurrahman as-Saqaf telah berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa qirdun yang artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak ubahnya seperti kera-. Dan telah berkata sebagian orang ‘aarfiin (orang yang sangat mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah – seperti ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang tidak memiliki Wirid pada dhahiriahnya, maka tidak akan ada wariid pada bathiniahnya/sirrnya. Dan wajib bagimu untuk selalu jujur dan selalu adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang sekiranya engkau dapat melanggengkannya / mudawwamah dan sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW amal yang paling disenangi/dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit. Dan RasuluLlah SAW juga telah bersabda ambilah dari amal apa yang engkau rasa mampu kaena sesungguhnya Allah tidak akan berpaling hingga mereka berpaling. Dan sebagian dari kebiasaan syaithan dala menipu murid/orang yang sedang belajar menempuh jalan Allah, adalah mengajak mereka bergegas melakukan amal yang banyak dan tujuan syaithon dari yang demikian ini adalah agar kelak mereka)para murid) meninggalkan amal baik tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan tetapi tidak sesuai dengan tuntutanyang seharusnya. Maka kemudian dari beberapaa aurad / wirid /zikir, yang dapat engkau lakkukan adalah memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau bertafakur. Kemudian kami terangkan beberapa adab, oleh karena itu seyogyanya bagi kamu memiliki wirid semisal shalat sunnah sebagai tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang ditentukan waktunya dan di dikira kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat dilakukan secara terus menerus. Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih rahimahumuLlaah telah melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000 reka’at seperti Imam Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka ada yang melaksanakan 500 reka’at, ada yang melaksanakan 300 reka’at dan lain sebagainya.
Dan ketahuilah sesungguhnya di bagi amalan shalat ada bentuk lahir dan hakekat bathinnya. Dan tiadalah shalat itu dihargai oleh Allah, hingga disempurnakan amaliah lahiriahnya dan hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan bentuk shalat adalah kesempurnaan rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari berdirinya, pembacaan Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan sebagainya. Adapun hakekatnya adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan menjadikan Allah sebagai tujuan dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian juga segenap hatinya ditujukan kepada Allah, dan hendaknya pikirannya dikonsentrasikan / tidak banyak memikirkan sesuatu maka dirinya tidak bercakap-cakap dengan selain perkara shalat. Dan seyogyanya beradab sebagimana adabnya orang yang sedang bermunajat/berbisik-bisik dengan Tuhannya . telah bersabda RasuluLlah SAW, “sesunggunya orang yang shalat adalah orang yang sedang bermunajat kepada Tuhannya. . dan Nabi SAW telah bersabda, “apabila seorang hamba berdiri melaksanakan shalat, maka sesungguhnya Allah berhadapan dengannya dengan wajahNya . dan sebaiknya ia tidak melaksanakan shalat shalat sunnah yang lain seginga ia telah melaksanakan amal sunnah yang telah dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna , diantara shalat sunnah yang dianjurkan itu antara lain beberapa rekaat sebelum shalat maktubah/shalat wajib yang 5 waktu ataupun beberapa rekaat sedudahnya, dan diantaranya juga shalat witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan sebagian ulama mewajibkannya. RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya Allah Ta’ala ganjil dan senang dengan yang ganjil maka berwitirlah kamu semua wahai ahli Al-Qur’an. Dan RasuluLlah SAW bersabda sesungguhnya witir adalah sesuatu yang haq/benar maka barang siapa yang tidak berwitir maka bukanlah golongan kami. Dan banyaknya bilangan reka’at shalat witir adalah 11 reka’at sedangkan yang paling sedikit adalah hendaklah meringkas sampai tiga reka’at adapun pengerjaannya adalah pada akhir waktu malam bagi orang yang membiasakan diri mengerjakan shalat malam. RasuluLlah SAW bersabda Jaadikanlah akhir shalat kamu sekalaian dengan shalat witir. Dan bagi orang yang tidak memiliki kebiasaanmegerjakan shalat malam / qiyamul lail maka lebih utama mengerjakannya setelah habis shalat Isya .
Dan termasuk shalat sunah yang dianjurkan Nabi SAW adalah shalat dhuha dan dia/shalat dhuha adalah shalat yang banyak sekali manfaat dan barokahnya. Banyaknya bilangan reka’at adalah 8 reka’at dan ada pula yang mengatakan 12 reka’at. Dan paling sedikitnya adalah 2 rekaat. Telah bersabda RasuluLlah SAW hendaklah kamu sekalian menjadikan seluruh anggota badan sebagai sedekah. Maka sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, dan setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah, dan setiap amar ma’ruf adalah sedekah, dan nahi mungkar adalah sedekah. Dan telah mencukupi dari yang demikian itu semua 2 reka’at yang dilakukan pada waktu dhuha. Dan trermasuk shalat yang dianjurkan adalah shalat antara Maghrib dan Isya’. Adapun banyaknya adalah 20 rekaat, dan yang sedang adalah 6 reka’at. RasuluLlah SAW telah bersabda Barangsiapa yang megerjakan shalat 2 reka’at antara dua Isya’ maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam surga. Dan RasuluLlah bersabda Barang siapa mengerjakan shalat sunah setelah maghrib 6 reka’at dimana diantara keduanya dia tidak bercakap-cakap dengan sesuatu yang buruk maka yang demikian itu menyamai baginya dengan beribarah selama 12 tahun dengan menghidupkan saat antara maghrib dan isya’. Dan sungguh telah datang banyak keterangan tentang fadhilah atau keutamaan shalat diantara Maghrib dan Isya’ dan akan mencukupililah keterangan berikut ini yaitu bahwasanya Ahmad bin Abil Hawary ketika bermusyawarah dengan syaikhnya Abaa Sulaiman RohimahumaLloh, apakah lebih baik ia berpuasa pada siang hari ataukah mendirikan shalat diantara waktu maghrib dan isya’, maka syaikh Abaa Sulaiman berkata, “kumpulkanlah keduanya-artinya laksanakan keduanya-. “. Kemudian ia bertanya lagi, “aku tidak mampu melaksanakan keduanya, karena apabila aku berpuasa maka aku akan disibukkan dengan berbuka puasa pada saat itu”. Maka Syaikh Abaa Sulaiman menjawab, ” jikalau engkau tidak mampu untuk mengumpulkan keduanya, maka tinggalkanlah puasa dan hidupkanlah shalat diantara dua ‘Isya’ (antara maghrib dan isya’)”. Sayyidatina ‘Aisyah RA berkata, “tidaklah masuk RasuluLlah SAW ke kediaman saya setelah shalat Isia’ yang akhir kecuali beliau SAW melaksanakan shalat empat reka’at atau enam reka’at dan Beliau SAW bersabda, “empat reka’at yang demikian telah menyamai daripada Lailatul Qadar. Dan suatu keharusan bagi kamu untuk mengerjakan Shalatul Lail /Shalat malam , sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. Dan bersabda RasuluLlah SAW, “Keutamaan shalat malam dibandingkan dengan shalat pada waktu siang hari adalah seperti kelebihannya sedekah secara tersembunya dibanding dengan sedekah secara terang-terangan”. Dan telah datang keterangan yang menyebutkan bahwa keutamaan sedekah secara tersmbunyi dibanding dengan sedekah secara terang-terangan adalah berlipat 70 lipatan dalam hal pahala dan keutamaannya. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Bagi kamu sekalian untuk mengerjakan shalat malam karena sesungguhnya shalat malam itu adalah amalan orang-orang shaleh sebelum kamu sekalian, dan tempat bermuqorrobah bagi kamu sekalian kepada Tuhanmu, dan saat bertafakur akan maksiat yang dilakukan, dan membersihkan dari dosa, dan penolak penyakit dari jasad kamu sekalian”.
Dan ketahuilah sesunggunya orang yang mendirikan shalat ba’da Isya’ adalah sungguh telah menghidupkan seluruh malamnya. Dan telah terjadi pada sebagian Ulama salaf melaksanakan amalan shalat pada Awwal malam hari. Akan tetapi pengerjaannya pada saat setelah bangun tidur pada malam hari adalah lebih menghinakan syaithan dan menjadi perjuangan nafsu / mujahadatunnafsi dan sirr / rahasia yang sangat ‘ajaib , dia itulah shalat tahajjud dimana Allah telah memerintahkan RasulNya SAW untuk mengerjakannya dengan firmannya, “Waminallaili fatahajjad bihii naafilatallak “. “Dan pada sebagian maalm maka bertahajudlah sebagai amalan sunnah bagi Kamu”. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang hamba manakala ia bangun malam diantara keluarganya yang lain yang sedang tidur lalu ia mengerjakan shalat dan Allah memamerkannya kepada MalaikatNya dan Allah menghadapinya dengan WajahNya yang Mulia.
Dan ketahuilah sesungguhnya termasuk suatu keburukan apabila orang menginginkan Akhirat akan tetapi meninggalkan shalat malam. Maka bagaimana ? bahwa seorang murid-orang yang menginginkan sampai kepada Allah- bahwa ia senantiasa mengharapkan tambahan rahmat pada setiap waktunya, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Sesungguhnya pada setiap malam ada suatu saat yang apabila seorang hamba menjumpai saat itu kemudian ia meminta suatu kebaikan kepada Allah tentang urusan dunia maupun akhirat melainkan Allah akan memberikannya, dan yang demikian itu terjadi setiap malam HR Muslim. Dan pada sebagian kitan Allah yang diturunkan, Allah Ta’ala berfirman, “sungguh telah bohong orang yang mengaku mencintaiKu, apabila malam telah larut lantas ia tertidur dariKu. Bukankah setiap orang yang mencintai akan selalu ingin bersendirian dengan yang dicintainya”. Syaikh Ismail bin Ibrahim AL-Jibraani rahimahuLloohu berkata, “semua kebaikan akan terkumpul semuanya pada waktu malam”-tentu saja apabila digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT-. RasuluLlah SAW bersabda yang artinya, “sesungguhnya Allah Ta’ala turun paad tiap-tiap malam ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiganya yang akhir. Maka Allah Ta’ala berifrman, ‘Adakah yang berdo’a akan sesuatu niscaya akan ijabahi, dan adakah yang meminta ampunan kepadaKu maka akan Aku ampuni, dan adakah yang meminta sesuatu niscaya akan Aku beri, dan adakah orang yang bertaubat maka akan Aku beri taubat kepadanya yang demikian itu hingga terbit fajar”. Dan bagi orang yang ‘Aarif biLlah pada mendirikan shalat malam terdapat / merupakan tempat turunnya rahmat Allah / manziilaat yang sangat mulia, yang banyak sekali dan beberapa kehebatan rasa (Dzauq) yang sangat lembut yang dapat mereka rasakan di dalam hati mereka akan ni’matnya berdekatan dengan Allah dan lezatnya bersama-sama Allah dan manisnya bermunajah dan indahnya bercakap-cakap kepada Allah / Muhadastah. Sebagian dari mereka / Aarifuun berkata, “seandainya ahli surga merasakan apa yang kami rasakan niscaya mereka merasakan hidup yang sangat menyenangkan”. Dan sebagian dari mereka Arifuun berkata, “sesungguhnya Ahlullail-orang yang ahli menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah-dalam menikmati malamnya seperti Ahlullahwi-orang yang senang bersendau gurau- dalam menikmati sendau guraunya”. Dan berkata sebagian dari mereka para Arifuun, “semenjak empat puluh tahun tidak ada sesuatu yang mengecutkan hatiku kecuali munculnya fajar”. Tentu saja nikmat yang demikian ini tidak akan terjadi kecuali setelah melalui usaha yang terus menerus dan menanggung penderitaan yang berat dalam menghidupkan ibadah di waktu malam, sebagaimana yang dikatakan oleh Utbatul Ghulamtelah datang malam selama dua puluh tahun dan selama itu pula aku merasakan kenikmatan”
(Dan jika apa yang harus di laksanakan untuk mendirikan shalat malam/ibadah malam hari dan berapa reka’at sebaiknya shalat malam dilakukan ?). maka ketahuilah sesungguhnya RasuluLlah SAW tidak mengajarkan dalam shalat tahajud akan bacaan surah-surah tertentu, akan tetapi baik juga dilakukan dengan membacanya sedikit demi sedikit ketika berdiri melakukan shalat sehingga dapat khatam dalam satu bulan, atau kurang atau lebih tergantung dari kemampuan. Adapun bikangan reka’at maka banyaknya adalah sebagaimana RasuluLlah SAW mendirikan shalat malam yaiut 13 reka’at, dan yang sedang bisa 9 atau 7 reka’at. Akan tetapi kebanyakan yang diajarkan adalah 11 reka’at . dan disunahkan ketika bangun dari tidur hendaklah engkau mengusap wajah dengan tangan seraya mengucapkan kalimat, “AlhamduliLlaahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur”. Yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah manghidupkan aku setelah kematianku dan kepadaNyalah tempat kembali”. Dan kemudian membaca Inna fii kholqissamaawaati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaari la aayaatill li ulul albaab……dan seterusnya sampai akhir surah.
Kemudian setelah itu bangun dari tepat tidur lalu ber wudhu dengan wudhu yang sempurna, kemudian shalat dua rekaat secara ringkas (tidak terlalu panjang) syukril wudhu, kemudian shalatlah setelah itu delapan reka’at dengan memanjangkannya, dengan salam pada setiap dua reka’at atau setiap empat reka’at, atau sekaligus delapan reka’at dengan satu salam. Dan apabila masih dirasa mampu, maka berdirilah mengerjakan shalat sunah menurut kemampuanmu, kemudian shalatlah tiga reka’at dengan niat mengerjakan shalat witir dengan sekali salam atau dua kali salam. Dan bacalah pada rekaat awal surah Sabbihisma Robbikal A’la, dan reka’t kedua surah Qulyaa ayyuhal kaafiruun, dan rekaat yang ketiga surah Ikhlash dan Muawwidzatain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar