FASAL 4
Dan
wajib bagi kamu sekalian untuk memakmurkan segenap waktumu dengan berbagai
macam amal ibadah sehingga tidak ada waktu yang kosong baik malam maupun siang
kecuali engkau isi dengan berbagai amal kebajikan. Maka dengan demikian akan
terlihatlah bagimu berkah waktumu dan akan menghasilkan faidah yang besar dari
umurmu, dan kelanggenganmu dalam menghadap kepada Allah Ta’ala. Dan seyogyanya
engkau jadikan waktu tersendiri untuk kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan
minum dan pergi bekerja. Dan waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal
hidupmu dan dengan waktumu itulah engkau mulai berniaga-untuk akhirat
yang akan mengantarkanmu kepada kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan
dengan Allah. Maka setiap nafas dari seluruh nafas adalah mutiara yang tidak
terhitung nilainya, dan apabila telah lewat –nafas itu- maka tidak ada
gantinya. Dan tidak seharusnya engkau menggunakan seluruh waktumu dengan hanya
satu wirid meskipun wirid tersebut termasuk wirid yang utama.
Karena yang demikian itu akan menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan
bermacam-macam wirid.. karena pada setiap wirid mempunyai efek
sendiri-sendiri di dalam hati. Dan mempunyai nuur dan keistimewaan
tersendiri dari Allah. Dan ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid
memiliki bekas yang bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan
memperbaiki tingkah laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang yang
dapat mencurahkan semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah
pada waktu-waktu yang khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain
apabila engkau sempat meninggalkannya –pada waktu yang telah ditentukan
tersebut, yang demikian ini untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga
amalan wirid tersebut.
Sayyidy
Syaikh Abdurrahman as-Saqaf telah berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa
qirdun yang artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak
ubahnya seperti kera-. Dan telah berkata sebagian orang ‘aarfiin (orang
yang sangat mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah
– seperti ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang
tidak memiliki Wirid pada dhahiriahnya, maka tidak akan ada wariid
pada bathiniahnya/sirrnya. Dan wajib bagimu untuk selalu jujur
dan selalu adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang sekiranya engkau
dapat melanggengkannya / mudawwamah dan sungguh telah bersabda
RasuluLlah SAW amal yang paling disenangi/dicintai Allah adalah yang terus
menerus meskipun hanya sedikit. Dan RasuluLlah SAW juga telah bersabda ambilah
dari amal apa yang engkau rasa mampu kaena sesungguhnya Allah tidak akan
berpaling hingga mereka berpaling. Dan sebagian dari kebiasaan syaithan
dala menipu murid/orang yang sedang belajar menempuh jalan Allah, adalah
mengajak mereka bergegas melakukan amal yang banyak dan tujuan syaithon dari
yang demikian ini adalah agar kelak mereka)para murid) meninggalkan amal baik
tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan tetapi tidak sesuai dengan
tuntutanyang seharusnya. Maka kemudian dari beberapaa aurad / wirid
/zikir, yang dapat engkau lakkukan adalah memperbanyak shalat sunah, membaca
Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau bertafakur. Kemudian kami terangkan
beberapa adab, oleh karena itu seyogyanya bagi kamu memiliki wirid
semisal shalat sunnah sebagai tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang
ditentukan waktunya dan di dikira kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat
dilakukan secara terus menerus. Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih
rahimahumuLlaah telah melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000
reka’at seperti Imam Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka
ada yang melaksanakan 500 reka’at, ada yang melaksanakan 300 reka’at dan lain
sebagainya.
Dan
ketahuilah sesungguhnya di bagi amalan shalat ada bentuk lahir dan
hakekat bathinnya. Dan tiadalah shalat itu dihargai oleh Allah, hingga
disempurnakan amaliah lahiriahnya dan hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan
bentuk shalat adalah kesempurnaan rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari
berdirinya, pembacaan Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan
sebagainya. Adapun hakekatnya adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan
menjadikan Allah sebagai tujuan dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian
juga segenap hatinya ditujukan kepada Allah, dan hendaknya pikirannya
dikonsentrasikan / tidak banyak memikirkan sesuatu maka dirinya tidak
bercakap-cakap dengan selain perkara shalat. Dan seyogyanya beradab sebagimana
adabnya orang yang sedang bermunajat/berbisik-bisik dengan Tuhannya . telah bersabda
RasuluLlah SAW, “sesunggunya orang yang shalat adalah orang yang sedang
bermunajat kepada Tuhannya. . dan Nabi SAW telah bersabda, “apabila seorang
hamba berdiri melaksanakan shalat, maka sesungguhnya Allah berhadapan dengannya
dengan wajahNya . dan sebaiknya ia tidak melaksanakan shalat shalat
sunnah yang lain seginga ia telah melaksanakan amal sunnah yang telah
dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna , diantara shalat sunnah yang
dianjurkan itu antara lain beberapa rekaat sebelum shalat maktubah/shalat wajib
yang 5 waktu ataupun beberapa rekaat sedudahnya, dan diantaranya juga shalat
witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan sebagian ulama mewajibkannya.
RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya Allah Ta’ala ganjil dan
senang dengan yang ganjil maka berwitirlah kamu semua wahai ahli
Al-Qur’an. Dan RasuluLlah SAW bersabda sesungguhnya witir adalah sesuatu
yang haq/benar maka barang siapa yang tidak berwitir maka bukanlah
golongan kami. Dan banyaknya bilangan reka’at shalat witir adalah 11
reka’at sedangkan yang paling sedikit adalah hendaklah meringkas sampai tiga
reka’at adapun pengerjaannya adalah pada akhir waktu malam bagi orang yang
membiasakan diri mengerjakan shalat malam. RasuluLlah SAW bersabda Jaadikanlah
akhir shalat kamu sekalaian dengan shalat witir. Dan bagi orang yang tidak
memiliki kebiasaanmegerjakan shalat malam / qiyamul lail maka lebih
utama mengerjakannya setelah habis shalat Isya .
Dan
termasuk shalat sunah yang dianjurkan Nabi SAW adalah shalat dhuha dan
dia/shalat dhuha adalah shalat yang banyak sekali manfaat dan
barokahnya. Banyaknya bilangan reka’at adalah 8 reka’at dan ada pula yang
mengatakan 12 reka’at. Dan paling sedikitnya adalah 2 rekaat. Telah bersabda
RasuluLlah SAW hendaklah kamu sekalian menjadikan seluruh anggota badan
sebagai sedekah. Maka sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, dan
setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, dan
setiap takbir adalah sedekah, dan setiap amar ma’ruf adalah
sedekah, dan nahi mungkar adalah sedekah. Dan telah mencukupi dari yang
demikian itu semua 2 reka’at yang dilakukan pada waktu dhuha. Dan
trermasuk shalat yang dianjurkan adalah shalat antara Maghrib dan Isya’.
Adapun banyaknya adalah 20 rekaat, dan yang sedang adalah 6 reka’at.
RasuluLlah SAW telah bersabda Barangsiapa yang megerjakan shalat 2 reka’at
antara dua Isya’ maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam
surga. Dan RasuluLlah bersabda Barang siapa mengerjakan shalat sunah
setelah maghrib 6 reka’at dimana diantara keduanya dia tidak bercakap-cakap
dengan sesuatu yang buruk maka yang demikian itu menyamai baginya dengan
beribarah selama 12 tahun dengan menghidupkan saat antara maghrib dan isya’.
Dan sungguh telah datang banyak keterangan tentang fadhilah atau keutamaan
shalat diantara Maghrib dan Isya’ dan akan mencukupililah
keterangan berikut ini yaitu bahwasanya Ahmad bin Abil Hawary ketika
bermusyawarah dengan syaikhnya Abaa Sulaiman RohimahumaLloh, apakah lebih baik
ia berpuasa pada siang hari ataukah mendirikan shalat diantara waktu maghrib
dan isya’, maka syaikh Abaa Sulaiman berkata, “kumpulkanlah keduanya-artinya
laksanakan keduanya-. “. Kemudian ia bertanya lagi, “aku tidak mampu
melaksanakan keduanya, karena apabila aku berpuasa maka aku akan disibukkan
dengan berbuka puasa pada saat itu”. Maka Syaikh Abaa Sulaiman menjawab, ”
jikalau engkau tidak mampu untuk mengumpulkan keduanya, maka tinggalkanlah
puasa dan hidupkanlah shalat diantara dua ‘Isya’ (antara maghrib dan isya’)”.
Sayyidatina ‘Aisyah RA berkata, “tidaklah masuk RasuluLlah SAW ke
kediaman saya setelah shalat Isia’ yang akhir kecuali beliau SAW melaksanakan
shalat empat reka’at atau enam reka’at dan Beliau SAW bersabda, “empat reka’at
yang demikian telah menyamai daripada Lailatul Qadar. Dan suatu
keharusan bagi kamu untuk mengerjakan Shalatul Lail /Shalat malam ,
sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Shalat yang paling utama setelah
shalat wajib adalah shalat malam”. Dan bersabda RasuluLlah SAW, “Keutamaan
shalat malam dibandingkan dengan shalat pada waktu siang hari adalah seperti
kelebihannya sedekah secara tersembunya dibanding dengan sedekah secara
terang-terangan”. Dan telah datang keterangan yang menyebutkan bahwa
keutamaan sedekah secara tersmbunyi dibanding dengan sedekah secara
terang-terangan adalah berlipat 70 lipatan dalam hal pahala dan keutamaannya.
Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Bagi kamu sekalian untuk mengerjakan shalat
malam karena sesungguhnya shalat malam itu adalah amalan orang-orang shaleh
sebelum kamu sekalian, dan tempat bermuqorrobah bagi kamu sekalian kepada
Tuhanmu, dan saat bertafakur akan maksiat yang dilakukan, dan membersihkan dari
dosa, dan penolak penyakit dari jasad kamu sekalian”.
Dan
ketahuilah sesunggunya orang yang mendirikan shalat ba’da Isya’ adalah
sungguh telah menghidupkan seluruh malamnya. Dan telah terjadi pada sebagian
Ulama salaf melaksanakan amalan shalat pada Awwal malam hari. Akan tetapi
pengerjaannya pada saat setelah bangun tidur pada malam hari adalah lebih
menghinakan syaithan dan menjadi perjuangan nafsu / mujahadatunnafsi dan
sirr / rahasia yang sangat ‘ajaib , dia itulah shalat tahajjud
dimana Allah telah memerintahkan RasulNya SAW untuk mengerjakannya dengan
firmannya, “Waminallaili fatahajjad bihii naafilatallak “. “Dan pada
sebagian maalm maka bertahajudlah sebagai amalan sunnah bagi Kamu”. Dan
sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang hamba manakala ia bangun malam
diantara keluarganya yang lain yang sedang tidur lalu ia mengerjakan shalat dan
Allah memamerkannya kepada MalaikatNya dan Allah menghadapinya dengan WajahNya
yang Mulia.
Dan
ketahuilah sesungguhnya termasuk suatu keburukan apabila orang menginginkan Akhirat
akan tetapi meninggalkan shalat malam. Maka bagaimana ? bahwa seorang murid-orang
yang menginginkan sampai kepada Allah- bahwa ia senantiasa
mengharapkan tambahan rahmat pada setiap waktunya, telah bersabda
RasuluLlah SAW, “Sesungguhnya pada setiap malam ada suatu saat yang apabila
seorang hamba menjumpai saat itu kemudian ia meminta suatu kebaikan kepada
Allah tentang urusan dunia maupun akhirat melainkan Allah akan memberikannya,
dan yang demikian itu terjadi setiap malam HR Muslim. Dan pada sebagian kitan
Allah yang diturunkan, Allah Ta’ala berfirman, “sungguh telah bohong
orang yang mengaku mencintaiKu, apabila malam telah larut lantas ia tertidur
dariKu. Bukankah setiap orang yang mencintai akan selalu ingin bersendirian
dengan yang dicintainya”. Syaikh Ismail bin Ibrahim AL-Jibraani rahimahuLloohu
berkata, “semua kebaikan akan terkumpul semuanya pada waktu malam”-tentu saja
apabila digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT-. RasuluLlah SAW
bersabda yang artinya, “sesungguhnya Allah Ta’ala turun paad tiap-tiap
malam ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiganya yang akhir. Maka Allah
Ta’ala berifrman, ‘Adakah yang berdo’a akan sesuatu niscaya akan ijabahi, dan
adakah yang meminta ampunan kepadaKu maka akan Aku ampuni, dan adakah yang
meminta sesuatu niscaya akan Aku beri, dan adakah orang yang bertaubat maka
akan Aku beri taubat kepadanya yang demikian itu hingga terbit fajar”. Dan
bagi orang yang ‘Aarif biLlah pada mendirikan shalat malam terdapat /
merupakan tempat turunnya rahmat Allah / manziilaat yang sangat mulia,
yang banyak sekali dan beberapa kehebatan rasa (Dzauq) yang sangat
lembut yang dapat mereka rasakan di dalam hati mereka akan ni’matnya berdekatan
dengan Allah dan lezatnya bersama-sama Allah dan manisnya bermunajah dan
indahnya bercakap-cakap kepada Allah / Muhadastah. Sebagian dari
mereka / Aarifuun berkata, “seandainya ahli surga merasakan apa yang
kami rasakan niscaya mereka merasakan hidup yang sangat menyenangkan”. Dan
sebagian dari mereka Arifuun berkata, “sesungguhnya Ahlullail-orang
yang ahli menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah-dalam menikmati
malamnya seperti Ahlullahwi-orang yang senang bersendau gurau- dalam
menikmati sendau guraunya”. Dan berkata sebagian dari mereka para
Arifuun, “semenjak empat puluh tahun tidak ada sesuatu yang
mengecutkan hatiku kecuali munculnya fajar”. Tentu saja nikmat yang
demikian ini tidak akan terjadi kecuali setelah melalui usaha yang terus
menerus dan menanggung penderitaan yang berat dalam menghidupkan ibadah di
waktu malam, sebagaimana yang dikatakan oleh Utbatul Ghulam “telah
datang malam selama dua puluh tahun dan selama itu pula aku merasakan
kenikmatan”
(Dan
jika apa yang harus di laksanakan untuk mendirikan shalat malam/ibadah malam
hari dan berapa reka’at sebaiknya shalat malam dilakukan ?). maka ketahuilah
sesungguhnya RasuluLlah SAW tidak mengajarkan dalam shalat tahajud akan bacaan
surah-surah tertentu, akan tetapi baik juga dilakukan dengan membacanya sedikit
demi sedikit ketika berdiri melakukan shalat sehingga dapat khatam dalam
satu bulan, atau kurang atau lebih tergantung dari kemampuan. Adapun bikangan
reka’at maka banyaknya adalah sebagaimana RasuluLlah SAW mendirikan shalat
malam yaiut 13 reka’at, dan yang sedang bisa 9 atau 7 reka’at. Akan tetapi
kebanyakan yang diajarkan adalah 11 reka’at . dan disunahkan ketika bangun dari
tidur hendaklah engkau mengusap wajah dengan tangan seraya mengucapkan kalimat,
“AlhamduliLlaahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur”.
Yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah manghidupkan aku setelah
kematianku dan kepadaNyalah tempat kembali”. Dan kemudian membaca Inna fii
kholqissamaawaati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaari la aayaatill li ulul
albaab……dan seterusnya sampai akhir surah.
Kemudian
setelah itu bangun dari tepat tidur lalu ber wudhu dengan wudhu yang
sempurna, kemudian shalat dua rekaat secara ringkas (tidak terlalu panjang) syukril
wudhu, kemudian shalatlah setelah itu delapan reka’at dengan
memanjangkannya, dengan salam pada setiap dua reka’at atau setiap empat
reka’at, atau sekaligus delapan reka’at dengan satu salam. Dan apabila
masih dirasa mampu, maka berdirilah mengerjakan shalat sunah menurut
kemampuanmu, kemudian shalatlah tiga reka’at dengan niat mengerjakan shalat
witir dengan sekali salam atau dua kali salam. Dan bacalah pada
rekaat awal surah Sabbihisma Robbikal A’la, dan reka’t kedua
surah Qulyaa ayyuhal kaafiruun, dan rekaat yang ketiga surah Ikhlash dan
Muawwidzatain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar